RADAR BENGKULU – Tim Geographic Information System (GIS) Komunitas Konservasi Indonesia KKI Warsi mengungkapkan dari hasil analisisnya, diketahui bahwa tutupan hutan di Bengkulu tinggal 645.116 hektar, atau 32 persen dari luas wilayah Bengkulu. Hal ini menunjukkan adanya penurunan sebesar 8.306 hektar dibandingkan dengan tahun 2022.
Menurutnya, penurunan tutupan hutan ini berdampak pada kemampuan bumi dalam menyerap air hujan. Curah hujan yang tidak dapat diserap dengan baik berpotensi menjadi aliran permukaan yang dapat menyebabkan banjir dan longsor.
Selain itu, analisis juga menunjukkan adanya lahan terbuka seluas 142.466 hektar di Bengkulu. Lahan terbuka ini terlihat dalam berbagai pemanfaatan lahan. Seperti tambang, perkebunan sawit, dan perusahaan kehutanan.
“Yang menjadi perhatian adalah adanya lahan terbuka yang juga terjadi di kawasan yang seharusnya dilindungi. Seperti kawasan hutan lindung dan taman nasional. Dalam analisis yang dilakukan, terdapat lahan terbuka seluas 35.044 hektar di dalam kawasan hutan, dengan 7.633 hektar berada di hutan lindung dan 6.533 hektar berada di taman nasional,” ungkap Direktur Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Adi Junedi.
BACA JUGA:Presidium Pemekaran Sembilan Desa Temui Bupati Kaur
BACA JUGA:Seperti Ini Konsep Logo HUT ke-21 Kabupaten Mukomuko Tahun 2024, Simak Ulasannya
Kondisi lahan terbuka ini dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah dalam menyerap air, yang berpotensi menyebabkan banjir dan longsor. Oleh karena itu, perlu langkah-langkah kongkrit dalam penataan dan pengelolaan ruang di Bengkulu, dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.
“Selain itu, pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan juga perlu ditingkatkan, serta resolusi konflik pengelolaan sumber daya,”katanya.
Sebagai salah satu contoh, masyarakat di Desa Air Tenam, Kecamatan Ulu Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan telah mendapatkan akses legal untuk mengelola hutan melalui perhutanan sosial. Melalui skema perhutanan sosial, pengelolaan hutan berkelanjutan dapat diwujudkan, dengan memperhatikan daya dukung dan pemulihan hutan. Sekaligus mengembangkan upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi.
KKI Warsi juga melakukan pendampingan kepada masyarakat di Desa Air Tenam dan Desa Batu Raja R. Di Desa Air Tenam, program Baby Tree dilakukan dengan menanam kembali hutan yang telah dibuka dengan tanaman kehutanan bernilai ekonomi.
BACA JUGA:Motivasi Anak Muda dengan Menjadi Duta Inspirasi Indonesia
BACA JUGA:RRB Gelar Aksi Untuk Mendorong Kepentingan Rakyat dalam Pemilu 2024
Sementara itu, di Desa Batu Raja R, program adopsi hutan dikembangkan untuk mendorong masyarakat mengelola dan memanfaatkan hutan dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan.
Meskipun upaya ini masih tergolong kecil, diharapkan inisiatif pengelolaan hutan berkelanjutan dapat diterapkan di banyak wilayah di Bengkulu.
Hal ini penting untuk mempertahankan hutan yang tersisa dan memulihkan hutan Bengkulu yang mengalami degradasi.