Namun sebenarnya, ada makna tersirat dari cobaan itu. Bisa jadi itu sebuah teguran, atau mungkin pula cobaan dari Allah SWT yang tak lain adalah untuk mendidik kita agar naik ke tingkat keimanan yang lebih tinggi. Semua cobaan terjadi karena kehendak Allah SWT, dan itu merupakan hal yang terbaik baginya, serta di balik musibah pasti ada hikmah.
Kedua, sabar dalam menjalankan ketaatan. Ketaatan itu membutuhkan kesabaran yang harus terus menerus dijaga. Mengapa ? Karena ketaatan itu akan membebani seseorang. Karena, dengan menjalankan ketaatan berarti ada kewajiban yang harus selalu dilakukan. Salat malam itu berat. Karena, harus melawan kantuk dan dinginnya malam. Infaq itu berat, apalagi ketika dalam kesusahan. Itu semuanya membutuhkan kesabaran.
Ketiga, sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Kita sadar, bahwa di dalam jiwa kita ini ada yang namanya nafsu yang selalu memerintahkan kepada kejelekan. Itu artinya, bahwa kita harus senantiasa sabar dengan menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. Seperti menipu, berzina, menyebarkan kebencian, mengganggu orang lain dan sebagainya.
Jamaah Jumat rahimakumullah ..!!
Kita perlu menakar tingkat kesabaran itu dalam diri kita. Mengoreksi diri. Apakah selama ini kita telah benar-benar bersabar atas ujian-Nya ?
Ataukah sabar kita hanya sampai di mulut dan belum turun ke hati ? Atau bahkan kita lebih sering berprasangka atas ujian-Nya, kendati sebenarnya kita tahu ada ‘hikmah’ dalam setiap kejadian yang tidak diperkenankan.
Menakar sabar berarti menghadirkan seluruh hati, pikiran, jiwa dan raga untuk lebih meyakini, bahwa Allah SWT tidak mungkin menghendaki sesuatu yang buruk bagi setiap hamba-Nya. Dia selalu memberikan apa yang kita butuhkan di saat yang tepat dengan cara dan waktu yang telah ditetapkan-Nya. Kesabaran seorang hamba akan memerangi sifat takabur ketika sedang mampu dan berkuasa. Sabar juga dapat menghilangkan kegelisahan dan putus asa ketika sedang berada dalam kesulitan dan kekurangan. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan yang baik.” (QS. Ar-Ra’d: 22)
Jamaah Jumat rahimakumullah ..!!
Sabar ketika susah, sabar ketika senang, sabar ketika jaya, sabar ketika terkena musibah, sabar dalam menjalankan ibadah dan beristiqamah dalam kebaikan, maka Allah Azza wa Jalla menjanjikan kabar gembira kepada mereka dengan nasib yang baik di dunia dan akhirat. Ia akan mendapat kesudahan yang baik. Oleh karena itu, di awal tahun 2024 ini kita bermuhasabah, evaluasi diri, fokuskan target yang ingin diraih. Baik urusan dunia maupun urusan akhirat.
Ketakwaan kepada Allah SWT merupakan salah satu bekal yang harus kita siapkan untuk kehidupan di akhirat, tempat kembali semua manusia. Derajat takwa menentukan kemuliaan kita di dunia maupun di akhirat kelak. Maka orang yang bertakwa kepada Allah SWT adalah mereka yang paling mulia di sisi-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
Dari Jabir bin Abdullah semoga Allah SWT meridhai keduanya, sesungguhnya nabi shallallahu alaihi wa salam berkhotbah di hadapan pengunjung haji wada' di waktu hari tasyrik, “Wahai umat manusia, ingatlah bahwa Tuhan kalian adalah satu, dan nenek moyang kalian juga satu. Tidak ada kelebihan bangsa Arab atas bangsa non-Arab, juga bangsa non-Arab atas bangsa Arab; bangsa berkulit putih atas bangsa kulit hitam, juga bangsa kulit hitam atas bangsa kulit putih, kecuali karena ketakwaannya. Apakah aku sudah menyampaikan ?” Mereka [para sahabat] menjawab, “Rasulullah SAW. telah menyampaikan.” (HR Ahmad).
Jamaah Jumat rahimakumullah ..!!