Doktor Teguh

Selasa 23 Jan 2024 - 21:32 WIB
Reporter : tim redaksi
Editor : Azmaliar Zaros

Itu tidak mungkin. Terlalu lama. Mana tahan. Padam seharmal saja ributnya sudah seperti greenflation. Apalagi tiga bulan.

Teguh merenung di dekat turbin. Memang harus dibongkar. Penutup turbin harus dibuka. Lalu turbinnya diangkat pakai crane. Teguh memikirkannya: turbin ini punya masalah di balancing.

Ia tahu prinsip balancing: beban itu dipindahkan dari benda yang keras dan kaku ke benda lain yang lebih ringkih. Maka terjadilah ketidakseimbangan di turbin.

Maka Teguh fokus ke cara menemukan balance tanpa harus membongkar total seluruh turbin. Teguh ingin menyebarkan beban itu agar tidak hanya ke bagian yang ringkih. Ia tempelkan logam-logam tambahan di beberapa titik.

Teguh berhasil. Dua hari kemudian turbin sudah bisa dijalankan lagi.

Teguh tidak tidur dua harmal. Begitulah anak muda. Fisiknya bisa tahan dengan beban seberapa berat pun.

Berhasil mengatasi Medan saya minta Teguh dimampirkan ke Jakarta. Kami akan mengucapkan terima kasih secara langsung. Tidak berhasil. Ia sudah ditunggu untuk menyelesaikan krisis listrik di tempat lain. Teguh pun kami nobatkan sebagai satu-satunya ahli turbin di PLN. Saat itu.

Belakangan karir Teguh terus menanjak. Terakhir Teguh mendapat jabatan sebagai direktur utama PT PJB Service. Saya sempat bertemu ketika sudah di jabatan itu. Yakni setelah selama 13 tahun tidak bertemu.

Bulan lalu, Teguh pensiun dari PLN. Akan ke mana?

“Istirahat dulu. Fokus menyelesaikan S-3," katanya.

Hari ini S-3 itu selesai. Teguh bergelar doktor mesin. Disertasinya bukan soal turbin. Judulnya:Penguatan Ketahanan Aus dan Korosi pada Carbon Steel Wall Tube Boiler dengan Coating Nano Meter dengan Metode High Velocity Oxyfuel (HVOF).

Itu soal boiler di PLTU jenis CFB. PLN memiliki 40 PLTU dengan boiler jenis itu. Semuanya bermasalah: EAF-nya hanya sekitar 30 sampai 40. Sangat tidak efisien.

Itulah PLTU batu bara generasi pertama di lingkungan PLN –yang dulunya hanya ahli di bidang tenaga gas dan diesel.

Problem utama boiler type CFB adalah: tabung-tabung di boiler itu cepat aus dan korosi. Jebol. Pembangkit pun harus berhenti. Tabung-tabungnya harus diganti yang baru.

Korosi itu akibat kadar sulfur di batu bara. Juga akibat kadar garam yang terikut. Yakni ketika batu bara itu diangkut dengan tongkang melalui laut. Setelah diganti yang baru, tiga bulan kemudian keropos lagi.

Teguh diangkat menjadi ketua tim kajian boiler CFB. Ia pernah berpikir melapisi tabung-tabung itu dengan keramik. Hasilnya: parah. Efisiensi boiler turun sampai 60 persen.

Kategori :

Terkait

Rabu 26 Jun 2024 - 20:35 WIB

Boyongan IKN

Selasa 25 Jun 2024 - 20:35 WIB

Nasihat Murid

Selasa 16 Apr 2024 - 20:50 WIB

Perang Bukan

Senin 15 Apr 2024 - 20:59 WIB

Drone Khandaq

Minggu 14 Apr 2024 - 19:28 WIB

Fokus Tiga