Orang yang paling dekat dengan beliau ; istri beliau yaitu Aisyah RA, pernah mengungkapkan sikap beliau terhadap waktu dalam kehidupan sehari-hari. Aisyah RA berkata,
"Beliau (Rasulullah Saw) tak pernah terlihat olehku kosong (menganggur) di rumah."
Demikianlah penuturan seorang istri Rasulullah SAW (Aisyah RA), bahwa semua waktu yang ada pada beliau dimanfaatkan semuanya untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang mendatangkan manfaat dan kebaikan untuk ummat. Bukankah sikap yang mulia seperti ini; pandai menghargai, memanfaatkan dan mengolah waktu dengan baik, sudah beliau ajarkan semasa hidupnya ?
Seharusnya, kita umat Islam, pengikut setia beliau, memiliki kesadaran sekaligus kecintaan yang mendalam terhadap sunnah-sunnah (ajaran) beliau. Kita harus mencontoh dan menerapkan ajaran-ajran beliau tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan ajaran-ajaran hidup beliau tersebut terdapat di dalam Al-Qur"an dan Al-Hadist. Siapa pun yang berpegang teguh kepada keduanya ; menjadikan keduanya sebagai pedoman hidup untuk melangkah dan meniti kehidupan di dunia ini, maka hidupnya akan selamat di dunia dan akhirat. Beliau bersabda,
"Aku (Rasulullah SAW) telah meninggalkan dua perkara, jika kalian berpegang teguh kepadanya, maka kalian tidak akan pernah tersesat, kedua perkara itu adalah Al-Qur'an dan sunnahku."
Sabda beliau ini memberikan isyarat kepada siapun juga, dari kalangan umat Islam, yang selalu berpedoman kepada Al-Qur'an dan Al-Hadist dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari di dunia, dan senantiasa menanam kebaikan (amal shaleh) karena landasan iman dan takwa kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dia tidak akan tersesat jalan. Dia akan selalu mendapatkan hidayah, rahmah, dan ridha, serta perlindungan Allah SWT.
Tetapi, pada masa sekarang ini, mengapa ada diantara kita (umat Islam) dengan sengaja meninggalkan ajaran-ajaran Rasulullah SAW ? Hal itu terlihat dari apa yang dilakukan oleh kebanyakan kita, yang selalu mendahulukan urusan-urusan yang bersifat duniawi daripada ukhrawi.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Pada kenyataannya, tidak jarang terjadi, ketika kita didatangi oleh seseorang yang memerlukan bantuan kita, kita malah menolak untuk membantu. Ketika kita diberi amanah untuk menjalankan suatu tugas, seringkali kita lalai dan tidak serius. Karena, kita mengetahui imbalan jasanya terlalu kecil (umpanya), dan sebagainya. Karena segala sesuatunya dihitung berdasarkan materi; seolah hanya materilah yang bisa membuat kita bahagia ? Bukankah akan lebih baik apabila kita berusaha untuk selalu menanam kebaikan dalam hidup ini ? Sehingga pada akhirnya kita akan menuai hasil dari apa yang kita tanam (perbuat) tersebut. Allah SWT berfirman,
"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan- nya pula."
(QS. Az-Zalzalah: 7-8).
Pun sebaliknya, bila ada orang yang selalu berbuat kejahatan (tercela); menzalimi diri sendiri dan orang lain, merugikan dan menyakiti hati orang lain, umpamanya, maka pasti Allah SWT pun akan mengembalikan akibat dari perbuatan buruknya tersebut dengan azab dunia dan akhirat yang setimpal dengan apa yang diperbuatnya tersebut. Kehidupannya akan selalu dipenuhi oleh kehinaan dan kesesatan; bagaikan seperti orang yang dalam perjalanan jauh, tetapi dia tidak tahu jalan dan tempat tujuannya. Al-Qur'an mengisyaratkan hal tersebut, seperti di dalam firman-Nya,
"Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita." (QS. Yûnus: 27)
Oleh karena itu, mengapa seseorang tidak mau berusaha untuk selalu berlomba-lomba melakukan kebaikan dan kebajikan (amal shaleh)! ? Bukankah sikap itulah yang akan mendidik dirinya menjadi orang yang baik! ?.
Kita harus menyadari bahwa apa yang kita perbuat di dunia ini, baik dan buruk, maka itulah yang akan membentuk kepribadian kita sehari-hari. Perbuatan baik akan mendidik kita menjadi baik, dan sebaliknya, perbuatan buruk dan tercela akan membentuk kepribadian kita menjadi buruk dan tidak terpuji.