RADAR BENGKULU – Program penyaluran Alat Masak Listrik (AML) yang digagas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjadi sorotan di Provinsi Bengkulu. Saat ini, Dinas ESDM Bengkulu masih menunggu arahan resmi dari pemerintah pusat terkait kelanjutan program ini pada tahun 2025. Rencana ini menjadi penting karena kebutuhan AML di Bengkulu cukup tinggi. Yaitu, mencapai 9.000 Kepala Keluarga (KK).
Menurut Kepala Dinas ESDM Provinsi Bengkulu, Donni Swabuana, usulan dari masing-masing kabupaten dan kota di Bengkulu mencatat angka kebutuhan AML tersebut. “Kami berharap tahun ini ada peningkatan dari alokasi sebelumnya. Dari usulan 9.000 KK, kami berharap hasil yang diterima nanti tidak jauh berbeda dari jumlah itu,” ujar Donni.
Donni mengingatkan bahwa realisasi alokasi biasanya lebih rendah dari usulan awal. Hal ini dipengaruhi proses verifikasi dan validasi yang dilakukan untuk memastikan bantuan tepat sasaran. "Pada pengusulan sebelumnya, ada masyarakat yang usulannya ditolak karena bukan dari kalangan ekonomi lemah," tambahnya.
Tahun ini, muncul wacana dari pemerintah pusat tentang kemungkinan mengganti jenis AML yang sebelumnya berupa rice cooker menjadi kompor listrik. Namun, hingga saat ini, Dinas ESDM Bengkulu belum menerima kepastian regulasi terkait perubahan tersebut.
“Kami belum mendapatkan petunjuk teknis atau regulasi resmi terkait perubahan alat masak ini. Jika ada perubahan, kami akan sesuaikan dengan arahan dari kementerian. Kita lihat nanti bagaimana keputusannya,” jelas Donni.
BACA JUGA:Bengkulu Utara Raih Peringkat Pertama Dalam Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI
BACA JUGA:Kakek Sugiyo Ditemukan Meninggal, Kondisi Jenazahnya Bikin Merinding
Kondisi ini membuat masyarakat Bengkulu masih menanti kepastian. Bagi sebagian besar penerima, alat masak listrik seperti rice cooker dianggap sangat membantu. Terutama untuk menghemat waktu dan energi. Namun, jika digantikan dengan kompor listrik, tantangan baru mungkin muncul, termasuk kesiapan infrastruktur listrik rumah tangga.
Melihat data penyaluran AML tahun 2024, Provinsi Bengkulu berhasil merealisasikan 84,74 persen dari total alokasi 4.595 unit yang diberikan. Penyaluran ini dilakukan melalui Kementerian ESDM bekerja sama dengan PT Pos Indonesia. Program ini menyasar masyarakat dengan kategori ekonomi lemah yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Bengkulu.
Namun, pelaksanaan program tidak sepenuhnya berjalan mulus. Beberapa tantangan, seperti verifikasi data penerima dan keterbatasan waktu penyaluran, menjadi pekerjaan rumah bagi pihak terkait. Untuk itu, pelaksanaan tahun 2025 direncanakan lebih baik dengan target penyelesaian menjelang akhir tahun, sekitar bulan November atau Desember.
Harapan Warga dan Komitmen Pemerintah
Masyarakat Bengkulu berharap program ini dapat terus berlanjut dengan alokasi yang lebih besar. Bagi warga yang ekonominya kurang mampu, bantuan AML sangat berarti untuk meningkatkan efisiensi dalam kebutuhan sehari-hari.
“Alat ini sangat membantu kami, terutama yang bekerja seharian. Masak jadi lebih cepat,” ungkap Erni, seorang ibu rumah tangga di Kota Bengkulu.
Di sisi lain, Donni menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk memastikan penyaluran AML berjalan sesuai prosedur dan tepat sasaran. "Kami berupaya maksimal agar bantuan ini benar-benar dinikmati oleh masyarakat yang membutuhkan," katanya.
Kementerian ESDM, Dinas ESDM Bengkulu terus mempersiapkan diri agar pelaksanaan program tahun depan lebih efektif dan bermanfaat bagi masyarakat. Perubahan bentuk bantuan, jika terjadi, diharapkan tidak mengurangi esensi program untuk mendukung rumah tangga miskin di Provinsi Bengkulu.
Melalui program ini, pemerintah berupaya mendorong pemanfaatan energi listrik secara optimal sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, keberhasilan program sangat bergantung pada koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah. Dengan usulan kebutuhan yang besar, masyarakat Bengkulu kini menanti realisasi yang sesuai harapan.