Meski begitu, suntik filler juga berisiko menyebabkan peradangan, infeksi, dan penipisan kulit. Oleh karena itu, untuk mengurangi atau mencegah risiko tersebut, filler harus dilakukan oleh dokter kecantikan atau dokter kulit.
2. Operasi hidung
Operasi hidung atau rhinoplasty adalah salah satu prosedur bedah yang sering dilakukan untuk mengatasi masalah pada bentuk hidung, termasuk bentuk hidung yang kurang mancung.
Prosedur rhinoplasty dibagi menjadi dua jenis, yaitu rhinoplasty kosmetik untuk mempercantik bentuk hidung dan rhinoplasty fungsional untuk memperbaiki masalah pernapasan.
Prosedur ini bisa dilakukan melalui pemotongan kulit di sekitar hidung atau membuat sayatan kecil di dalam lubang hidung. Prosedur rhinoplasty bisa berlangsung selama 1–3 jam. Efek samping pascaoperasi yang dapat terjadi adalah hidung tersumbat, mati rasa, serta nyeri, bengkak, atau memar di sekitar mata.
Seseorang yang menjalani tindakan rhinoplasty umumnya membutuhkan waktu pemulihan sekitar 2 minggu setelah operasi.
3. Septoplasty
Septoplasty juga bisa digunakan sebagai cara memancungkan hidung yang efektif dan aman. Prosedur ini biasanya dipilih untuk meluruskan atau merapikan bentuk hidung yang dirasa kurang ideal. Septoplasty dilakukan dengan mengubah posisi dinding pembatas atau septum di antara dua lubang hidung.
Pada kondisi tertentu, mengubah posisi septum hidung akan membuat hidung tampak lebih simetris dan mancung. Selain itu, septoplasty juga bisa melegakan saluran pernapasan yang tersumbat akibat kondisi medis tertentu.
Risiko dari tindakan septoplasty mencakup perdarahan, infeksi, penurunan kemampuan hidung dalam mencium, serta sensasi mati rasa di bagian atas gigi dan gusi.
Itulah beragam cara memancungkan hidung yang bisa dipilih sesuai kebutuhan. Berhati-hatilah apabila ingin melakukan upaya memancungkan hidung selain prosedur di atas, misalnya menggunakan alat pemancung hidung.
Alat ini hanya memberikan efek hidung mancung sementara waktu saja dan bisa menimbulkan cedera apabila digunakan secara berlebihan.