Ini Dampak Jangka Panjang Bila Jurusan IPA, IPS, Bahasa Dihapus di Sekolah
Ini Dampak Jangka Panjang Bila Jurusan IPA, IPS, Bahasa Dihapus di Sekolah-Ist-
RADAR BENGKULU, JAKARTA - Pengamat pendidikan, Ina Liem menilai, dihapusnya jurusan IPA, IPS, Bahasa untuk jenjang SMA dikhawatirkan berdampak jangka pendek dan jangka panjang. Baik itu kepada sekolah, maupun kepada siswa.
Seperti dikutip dari laman DISWAY.ID, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) telah menghapuskan jurusan IPA-IPS-Bahasa untuk jenjang SMA mulai tahun ajaran 2024/2025.
Kebijakan ini merupakan salah satu implementasi Kurikulum Merdeka yang diterapkan secara bertahap sejak 2022 lalu. Sedangkan pada tahun ini, kurikulum tersebut sudah diterapkan secara nasional.
Untuk dalam waktu jangka pendek, Ina mengungkapkan, memang beberapa sekolah masih galau mengatur administratif pembagian kelompok maple. "Tidak semua sekolah siap dengan sistem ‘moving class’ seperti di perguruan tinggi. Dimana jadwal tiap siswa bisa beda-beda," ungkap Ina kepada Disway, 20 Juli 2024.
Karena itu, paparnya, beberapa sekolah tetap membagi siswa ke dalam kelompok dengan sistem paket pembelajaran. "Ada yang terbagi dalam 2 paket, 3 paket, hingga 6 paket. Dan mereka masih bisa mengubah tiap tahun karena masih mencari format yang pas."
Kendati demikian, ia menyebut bahwa dampak jangka panjang yang dihasilkan lebih ideal.
"Kalau kita lihat profil siswa, ada yang memang lebih cocok di dunia kesehatan. Entah itu fisik atau mental. Yang lebih membutuhkan biologi, kimia dan sosiologi. Tipe seperti ini biasanya kurang tertarik di Teknik atau Akuntansi misalnya," paparnya.
Walaupun demikian, Ia menyebut masih ada tantangan yang harus dihadapi ke depannya.
"Saat anak-anak diberi pilihan. Ada kecenderungan memilih yang mudah dan terlalu buru-buru menarik kesimpulan, ''ungkapnya.
Ia mencontohkan siswa yang hanya berminat di bidang seni, sehingga buru-buru tidak mengambil mapel seperti biologi, sosiologi, antropologi.
"Padahal scientist dan artist itu profilnya mirip sebetulnya. Tak kenal maka tak sayang."
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya mengetahui minat anak sejak jenjang lebih awal. "Jadi tantangan ke depan jatuh pada tahapan lebih awal. Guru dari PAUD, SD, SMP harusnya memang bertugas observasi. Termasuk orang tua," tuturnya.
Menurutnya, eksposur di tahapan tersebut penting sekali agar ketika siswa memasuki jenjang SMA telah mengenal dirinya dan dengan mudah memilih peminatan.
Di sisi lain, kebebasan yang diberikan untuk memilih mapel menyebabkan adanya apel favorit dan sepi peminat.