Beriman, Berpuasa, Berperilaku Ihsan, dan Kontribusinya Bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Prof. Dr. H. Mawardi Lubis M.Pd--
Seperti tidak boleh berkata kotor, marah-marah (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah), tidak boleh berbohong, ghibah (membicarakan orang lain), adu domba, sumpah palsu, dan melihat lawan jenis dengan syahwat (nafsu) (Hadits dari Anas bin Malik).
Artinya, orang yang berpuasa adalah orang yang berusaha melatih, mendidik, dan membiasakan dirinya untuk berprilaku terpuji/mulia (al-akhlaq al- madzmumah/al-karimah) dengan sebutan lain berperilaku ihsan.
Oleh karena itu, orang yang berpuasa memiliki peluang besar untuk menjadi warga negara yang baik, yang dapat memberikan kontribusi atau manfaat yang luar biasa bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Artinya, menjadi warga negara baik harus selalu berusaha membaguskan dan menjaga hubungannya kepada Allah Swt (hablumminallah), selalu baik kepada sesama manusia (toleran, dll) (hablumminannaas) (Q.S : Ali Imran, ayat 112), dan juga selalu baik dan menjaga ekosistem dan keseimbangan lingkungan sekitarnya (hablumminal’alam) (Q.S : 30, Ar- Ruum, ayat 41).
Demikian khutbah singkat ini, semoga bermanfa’at bagi kita semua, amin ya Rabbal ‘alamin.