Kekuatan Sabar

Prof. Dr. H. Hery Noer Aly, MA--

Khatib : Prof. Dr. H. Hery Noer Aly, MA

Dari : Masjid Raya Baitul Izzah, Jalan Raya Pembangunan Kelurahan Padang Harapan Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu

 

Saudaraku kaum muslimin jamaah Jumat yang berbahagia

Ramadan disebut dengan syahr al-shabr (Bulan Kesabaran). Karena bulan ini memang penuh dengan aktivitas yang menuntut adanya sikap sabar sebagai daya penggeraknya menuju kesudahan yang baik. Sebagaimana ditegaskan di dalam al-Qur’an bahwa sabar itu indah. (Yusuf, 18 dan 83).

Sabar secara terminologi adalah mengendalikan diri agar sesuai dengan tuntutan akal sehat dan Syarak. Pengertian sabar yang demikian selaras dengan pengertian al-shaum atau al-shiyam, yaitu menahan diri dengan niat dari syahwat (hawa nafsu) terhadap hal-hal yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar shadiq hingga terbenamnya matahari.

Jadi, sabar merupakan kualitas diri yang selalu mengarah kepada pencapaian positif. Berbeda dengan hawa nafsu yang selalu menjerumuskan kepada pencapaian negatif. Sabar merupakan kekuatan kehendak manusia dan kesempurnaan akal. Jauh dari tindakan tergesa-gesa, sembrono, dan ngawur; serta menyelesaikan masalah hidup dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab.

Pengamalan sabar bisa berlaku di berbagai lapangan kehidupan. Secara garis besar, sabar berlaku dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Demikian pula sabar berlaku dalam menghadapi musibah serta hal-hal yang tidak menyenangkan.

Di dalam ibadah dibutuhkan sabar, karena di dalam ibadah ada mekanisme menyalahi keinginan hawa nafsu dan memaksanya kepada yang tidak disukainya, serta meninggalkan kondisi rileks dan nyaman. Semua itu menuntut orang beribadah untuk meneguhkan dirinya pada kesabaran serta menanggung kesusahan guna melaksanakan ibadah secara maksimal sesuai yang diridai Allah Ta’ala (Maryam, 65).

Didalam melaksanakan dakwah juga diperlukan kesabaran (Thaha, 130 dan 132; Luqman, 17). Karena, banyak sekali dijumpai sikap-sikap tidak suka dan menyakiti dari halayak. Perjalanan dakwah Nabi Saw, misalnya, penuh dengan penyiksaan oleh kaum Quraisy terhadap beliau, keluarganya, dan para pengikutnya.

Demikian pula dalam menghadapi musibah dan hal-hal yang tidak disukai, sabar pasti dibutuhkan. Sebab, dunia ini merupakan tempat ujian dan cobaan bagi manusia. Orang Mukmin harus memahami hakikatnya dan harus menyadari bahwa tidak ada seorang pun di dunia yang tidak diuji dengan suatu ujian (al-Anbiya’, 35 dan Muhammad, 31)

Maka mari kita mengisi bulan suci Ramadan ini dengan berbagai kegiatan yang menjadikan kita menjadi orang-orang yang bersabar. Kita laksanakan perintah Allah Ta’ala, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap-siaga di perbatasan (negerimu), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (Ali ‘Imran, 200).

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan