Rp 25 M Untuk Cetak Sawah Baru, 2.000 Hektare Lahan

Wakil Gubernur Mian saat berdialog langsung dengan warga Desa Banjar Sari, Kamis (11/7)--

RADAR BENGKULU – Sebuah langkah monumental tengah dirintis Pemerintah Provinsi Bengkulu di pulau terluar Indonesia, Pulau Enggano. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 2.000 hektare lahan akan dicetak menjadi sawah baru, sebagai bagian dari program strategis nasional yang digagas Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan.

Program ambisius ini bukan sekadar cetak sawah. Ini adalah babak baru untuk Enggano, pulau kecil yang selama ini dikenal sebagai daerah tertinggal dan terisolasi. 

Dari total 2.000 hektare lahan yang dialokasikan untuk Provinsi Bengkulu, 30 persen atau sekitar 600 hektare diproyeksikan untuk Enggano, khususnya di Desa Banjar Sari. Nilai anggarannya tak main-main: Rp 25 miliar dari total Rp 78 miliar Dana DIPA Kementerian Pertanian siap digelontorkan untuk program ini.

Wakil Gubernur Bengkulu, Mian, mengungkapkan bahwa program ini merupakan buah dari lobi intensif Gubernur Helmi Hasan ke Kementerian Pertanian RI beberapa waktu lalu. Upaya itu kini terwujud dalam bentuk program nyata yang tak hanya menyentuh infrastruktur pertanian, tapi juga semangat masyarakat Enggano.

BACA JUGA:Dilantik, Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia Wilayah Bengkulu Harus Profesional

BACA JUGA:Peduli Enggano, Pemkab BU Kembali Salurkan Bantuan Penanganan Darurat Enggano

“Ini bukan hanya proyek cetak sawah. Ini momentum besar bagi masyarakat Enggano untuk bangkit dan mandiri secara pangan. Ekskavator sudah mulai bekerja, dan launching resmi program ini akan dilakukan langsung oleh Gubernur bersama Danrem pada minggu ketiga Juli,” ujar Mian saat berdialog langsung dengan warga Desa Banjar Sari, Kamis (11/7).

Sinergi Lintas Sektor: TNI–Polri Ikut Turun Tangan

Menariknya, program ini juga menggandeng TNI dan Polri dalam implementasinya. Tujuannya bukan sekadar pengamanan proyek, tetapi membangun sinergi lintas sektor dalam membangun wilayah terluar.

“Dengan keterlibatan TNI-Polri, kita pastikan program ini tidak hanya sukses secara teknis, tetapi juga terjaga dari sisi keberlanjutan dan keamanan,” tegas Mian.

Pelibatan unsur pertahanan ini sekaligus menjawab tantangan geografis dan infrastruktur Enggano yang belum sekuat wilayah daratan Sumatera lainnya. Ke depan, sinergi seperti ini diharapkan bisa menjadi model pengembangan desa perbatasan di seluruh Indonesia.

Menurutnya, tantangan utama yang selama ini menghambat produktivitas petani di Enggano adalah minimnya infrastruktur irigasi dan pengolahan tanah. Dengan masuknya program cetak sawah, ia optimistis semua kendala itu bisa teratasi secara bertahap.

BACA JUGA:Rumah Sakit Bergerak di Enggano Bakal Naik Status

BACA JUGA:Sambut HUT RI ke-80, Kecamatan Nasal Gelar Rapat Persiapan, Ini Kegiatan yang Diperlombakan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan