Dewa Ngluyur
Umat Konghucu saat beribadah di Kelenteng Tuban.---Disway-
Di era 1998-an, Tjong Ping membuat patung banteng terbesar di Indonesia. Bisa diarak ke mana-mana. Ia kerahkan tujuh orang untuk membuat kerangka banteng. Mereka kerja siang-malam. Seminggu penuh.
Kerangka banteng itu terbuat dari bambu. Tingginya sembilan meter. Kulitnya terbuat dari kertas bekas kantong semen. Kertas itu direndam di cairan semen. Lalu dibalutkan ke kerangka bambu. Setelah kering dicat warna hitam.
Sejak menjadi anggota DPRD Jatim, usahanya tidak terurus. Lalu mati. Kini ia tidak punya kesibukan politik. Maka ia ingin mengurus kelenteng.
"Apa yang pertama akan Anda lakukan di kelenteng?"
"Saya akan lakukan upacara khusus untuk bermohon agar dewa kami kembali ke kelenteng Tuban," katanya.
"Bagaimana kalau tidak mau kembali?"
"Pasti mau. Kami memohonnya dengan sungguh-sungguh," katanya.
Kelenteng Tuban menghadap ke laut Jawa. Di depan kelenteng melintas jalan pantura –peninggalan Gubernur Jenderal Daendels. Itulah jalan jurusan Semarang-Surabaya yang menempel ke laut Jawa.
"Apa yang membuat kelenteng Tuban begitu dipercaya banyak orang?"
"Banyak orang kaya merasa berhasil setelah sembahyang di Tuban," ujarnya.
Rasanya, dari tempat keluyurannya, dewa Kelenteng Tuban kini sedang mengamati orang-orang di sana. Kalau dilihatnya pertengkaran masih akan lama bisa-bisa sang dewa memilih ''kabur aja dulu". (Dahlan Iskan)