Pengangguran di Bengkulu Naik Tipis, Tamatan Perguruan Tinggi Paling Terpukul

Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal, ME--
RADAR BENGKULU — Angka pengangguran di Provinsi Bengkulu kembali mengalami kenaikan. Data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu menunjukkan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2025 tercatat sebesar 3,24 persen. Angka itu naik 0,07 persen poin dibandingkan Februari 2024.
Meski kenaikannya terbilang tipis, tren ini menjadi perhatian serius, terutama karena justru lulusan perguruan tinggi menjadi kelompok yang paling banyak terdampak.
“Kenaikan pengangguran ini sejalan dengan bertambahnya angkatan kerja di Bengkulu,” kata Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Win Rizal, saat konferensi pers di kantornya, Senin (5/5).
Win menyebutkan, jumlah angkatan kerja di Bengkulu per Februari 2025 mencapai 1.142.038 orang. Dari angka tersebut, sebanyak 1.105.046 orang sudah bekerja, atau bertambah 24.302 orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, jumlah penganggur juga ikut naik. “Total ada 36.992 orang yang menganggur. Itu berarti naik 1.598 orang dibandingkan Februari 2024.”
BACA JUGA:Gubernur Helmi Hasan Lepas 423 Orang Jamaah Calon Haji Provinsi Bengkulu
BACA JUGA:Aspirasi Buruh Tertahan di Pintu Parlemen
Yang menarik, jika dilihat dari tingkat pendidikan, justru para lulusan perguruan tinggi mencatatkan peningkatan pengangguran paling signifikan. TPT untuk kelompok ini naik hingga 3,47 persen poin dibandingkan tahun lalu.
Sebaliknya, pengangguran dari lulusan sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan sekolah dasar (SD) justru menurun. Meski begitu, SMK tetap menjadi penyumbang pengangguran tertinggi, dengan TPT mencapai 5,40 persen.
“Sementara TPT terendah berasal dari lulusan SMP, yakni hanya 1,24 persen,” kata Win Rizal.
Fenomena meningkatnya pengangguran dari kalangan berpendidikan tinggi ini menunjukkan tantangan tersendiri di dunia kerja. Tak sedikit lulusan sarjana yang kesulitan mendapatkan pekerjaan sesuai bidang dan keahlian mereka.
Di sisi lain, lapangan pekerjaan di sektor tertentu justru menunjukkan pertumbuhan. Win menjelaskan, pada Februari 2025, sektor perdagangan besar dan eceran—termasuk reparasi serta perawatan mobil dan sepeda motor—mengalami lonjakan kontribusi paling tinggi, yakni naik 1,50 persen poin dibandingkan tahun lalu.
Namun tidak semua sektor mencatat kabar baik. “Sektor jasa lainnya justru turun paling dalam, yakni 1,65 persen poin,” ujarnya.
Selain itu, mayoritas penduduk Bengkulu yang bekerja ternyata masih menggantungkan penghasilan dari sektor informal. Dari total tenaga kerja, sebanyak 693.783 orang atau 62,78 persen bekerja di sektor informal. Jumlah ini memang menurun 1,73 persen poin dari tahun lalu, namun tetap menunjukkan bahwa sektor informal masih menjadi tulang punggung ketenagakerjaan di daerah ini.
“Pekerjaan informal ini meliputi buruh tani, pedagang kaki lima, dan pekerja serabutan. Artinya, mereka masih sangat rentan terhadap guncangan ekonomi,” jelas Win.