Acara Buka Bersama dan Pergeseran Makna, Dari Reuni Teman Lama hingga Ajang Pamer

Buka bersama--
RADAR BENGKULU - Pada bulan Ramadhan, tradisi buka bersama (bukber) menjadi agenda tahunan yang dinantikan banyak orang.
Seperti dikutip dari laman disway.id, awalnya, bukber lebih banyak dilakukan sebagai ajang silaturahmi. Mempererat hubungan dengan keluarga, teman lama, atau rekan kerja. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tradisi itu mengalami pergeseran makna. Ternyata, Bukber tak lagi sekadar momen kebersamaan. Tetapi juga menjadi ajang pamer gaya hidup, eksistensi, bahkan status sosial.
Bukber sejatinya merupakan bagian dari ibadah Ramadhan. Momen untuk berbagi kebahagiaan berbuka puasa bersama.
Tradisi itu memiliki akar yang kuat dalam nilai kebersamaan dan kepedulian sosial. Namun, dengan berkembangnya media sosial, bukber tak jarang berubah menjadi ajang menunjukkan eksistensi.
Restoran dengan konsep mewah atau kafe kekinian menjadi pilihan utama. Bukber tak lagi sekadar menikmati makanan dan mempererat tali silaturahmi. Tapi banyak yang lebih sibuk mengabadikan momen dengan ponsel mereka.
BACA JUGA:5 Tips Agar Tidak Mabuk dalam Perjalanan saat Pergi Liburan, Boleh Dicoba!
BACA JUGA:Cara Mudah Khatam Al-Qur'an dalam Bulan Ramadhan
Swafoto dan unggahan di media sosial seakan menjadi bagian wajib dari agenda bukber. Foto makanan, outfit yang dikenakan, hingga lokasi tempat berbuka kerap menjadi sorotan utama.
Terlebih lagi, tak sedikit yang rela merogoh kocek lebih dalam demi menghadiri bukber di tempat yang dianggap bergengsi. Fenomena itu tidak hanya terjadi di kalangan pekerja atau anak muda di kota besar. Tetapi juga merambah ke berbagai lapisan masyarakat.
Salah satu daya tarik bukber adalah kesempatan untuk reuni dengan teman lama. Baik dari sekolah, kampus, hingga mantan rekan kerja. Namun, tak dapat dimungkiri bahwa tak semua undangan bukber berakhir dengan interaksi yang bermakna.
Untuk beberapa kasus, acara yang seharusnya menjadi ajang nostalgia, justru terasa canggung karena minimnya komunikasi. Banyak peserta yang lebih sibuk dengan ponsel mereka dibanding bercengkerama secara langsung.
Ada pula yang datang hanya untuk sekadar formalitas. Takut dianggap tidak menghargai undangan. Atau sekadar ingin terlihat tetap eksis di lingkaran sosial mereka.
BACA JUGA:Jelang Ramadhan, Harga Sawit di Mukomuko Anjlok
BACA JUGA:Tata Cara Shalat Tarawih Lengkap Ramadhan 2025, Hukum, Doa, Niat yang Benar