Inilah Kisah Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (15) - Tinggal Bersama Bung Karno di Kota Bengkulu
Inilah bentuk bagian belakang Rumah Pengasingan Bung Karno di Anggut Atas Bengkulu--
OLEH: AZMALIAR ZAROS
RADAR BENGKULU - Pertemuan itu berlangsung penuh keakraban. Sesekali Bung Karno menawarkan roti biskuit. Fatmawati mengambilnya dan tak lupa mengucapkan terima kasih.
Saat itu Bung Karno tertawa. Bukan tersenyum. Ia jarang tersenyum. Sedangkan Inggit mempunyai pembawaan halus. Pandai tersenyum dan gemar makan sirih. Ia berpakaian rapi.
Tak banyak reka-reka mengikuti model sebelum generasi Fatmawati. Memakai gelungbono Priangan. Ia tidak spontan.
Gerak-geriknya hati-hati. Bercakap pun demikian. Matanya kelihatan seperti redup karena penderitaan. Itulah kesan pertama dilihatnya. Jika orang tak kuat batinnya rasanya sudah berdekatan dengan Inggit.
Dalam kunjungan pertama itu, Fatmawati ditanya sekolahnya. Kemudian ia jelaskan bahwa ia tidak sekolah lagi.Hanya giat dalam nasyiatul Aisiyah di Curup. Kemudian dia gambarkan keadaan hidupnya di Curup.
Juga tentang hawanya yang sejuk, sehingga sayur mayur tumbuh subur. Ia juga ceritakan kegemarannya pergi ke kebun milik familinya, memetik buah-buahan.
Kemudian dia ditanya apakah bersedia masuk sekolah RK Vakschool bersama Ratna Juaimi, anak angkatnya.Disini dia terbentur pada syarat-syarat untuk masuknya. Sebab, ia belum tamat HIS, baru kelas 5.
BACA JUGA:100 Komunitas dan Masyarakat Bengkulu Aksi Kolaborasi Peduli Palestina
Bung Karno menjamin akan mengurus hal itu dan mulai hari itu dia tinggal di Rumah Bung Karno. Sedangkan ayah dan ibunya kembali ke Curup untuk mengambil pakaian Fatmawati yang tertinggal.
Suatu petang dia dipanggil oleh calon gurunya, suster Vincenza untuk menghadap. Ia berangkat ditemani Ratna Juaimi.
Di sekolah dia disodori buku tebal. Kemudian disuruh membacanya. Vincenza mendengarnya dengan seksama.
‘’Cukup Fatma. Engkau diterima masuk sekolah kami,’’ katanya seperti diceritakan Fatmawati dalam biografinya itu.
Mendengar penjelasan itu, Fatmawati gembira sekali. Kemudian dia mohon diri dan tak lupa mengucapkan terima kasih atas segala perhatian yang diberikan kepadanya. Mulai bulan Agustus itu dia tinggal bersama keluarga Bung Karno.