Khutbah Jumat: Makna Spiritual Bulan Rajab dalam Memperkuat Relasi Antara Manusia dengan Allah SWT

Dr. Ismail, M.Ag--

Khatib : Dr. Ismail, M. Ag

Disampaikan di : Masjid Jami' Babussalam, Jalan P.Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu

Hadirin Ma’asiral Muslimin Jamaah Jumat Rakhimakumullah

Syukur kita ucapkan  kepada Allah SWT atas limpahan nikmat yang tak terhingga baik nikmat iman, nikmat Islam, nikmat kesehatan dan umur panjang, serta nikmat kesempatan masih diberi hidup oleh Allah SWT.  Selain pujian dan sanjungan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Rahman terhadap segenap makhluk-Nya, Tuhan Yang Maha Rahim terhadap hamba-hamba yang beriman dan senantiasa beribadah kepada-Nya.  Shalawat dan salam mudah-mudahan senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Nabi penegak kebenaran, penjunjung kejujuran, penyemai kelembutan dan pembawa panji-panji Islam hingga akhir zaman. Semoga di akhir nanti kita mendapatkan syafa’at dari Rasulullah SAW, Amin. Pada kesempatan ini sebagai hamba Allah SWT mari kita meningkatkan keimanan dan ketaakwaan kita kepada Allah SWT. Karena, iman dan takwa inilah yang dapat mengantarkan kita menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Melalui keimanan dan ketakwaan ini pula dapat membentengi diri kita dari kemungkinan berbagai ujian dan cobaan hidup manusia yang kita jalani.

Hadirin Ma’asiral Muslimin Jamaah Jumat Rakhimakumullah

Bulan Rajab merupakan salah satu bulan yang sangat dihormati dalam kalender Islam. Dalam bahasa Arab, "Rajab" berasal dari kata "rajaba" yang berarti menghormati atau memuliakan.

Bulan ini termasuk dalam empat bulan suci yang disebut sebagai "Al-Ashhur Al-Hurum" (bulan-bulan yang dihormati), dimana Allah SWT melarang umat-Nya untuk melakukan peperangan dan kekerasan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bulan Rajab dalam konteks spiritual dan sosial.

Allah SWT Berfirman dalam surat At-Taubah ayat; 36 yang artinya:

"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa."

Menurut  Ibnu Jarir at-Thabari, dalam tafsir Jami'al-Bayan,  surah at-Taubah ayat 36 ini membahas tentang jumlah bulan dalam kalender Islam [Qamariyah], yakni ada 12 bulan, dan diantaranya ada empat bulan haram [asyhurul hurum]. Yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharam, dan Rajab. Sejatinya, bulan-bulan haram memiliki keutamaan dan kedudukan yang tinggi di dalam Islam.

Sementara  itu  Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Tafsir Marah Labib, menjelaskan bahwa bulan Rajab,  termasuk bulan haram.  Dalam bulan tersebut terdapat keistimewaan, untuk itu umat Islam seyogianya tidak mengotorinya dengan amal keburukan.  

Sebab,  kata Syekh Nawawi Banten, perbuatan maksiat yang  dilakukan di bulan haram, termasuk Rajab memiliki dosa yang lebih besar daripada dosa yang dilakukan di bulan-bulan lain. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam untuk tidak melakukan dosa di bulan-bulan haram.

Dalam Tafsir Al-Misbah, Profesor Quraish Shihab menyebutkan bahwa dalam surah at-Taubah ayat 36 dijelaskan tentang empat bulan haram [agung]. Saat bulan haram [Muharram, Rajab, Dzulqa'dah,dan Dzulhijjah] Allah melarang manusia untuk melakukan dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar.

Larangan tersebut dapat juga dipahami sebagai larangan berperang membela diri dari penganiayaan orang lain.    

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan