radarbengkulu.bacakoran.co - Sekelompok relawan PETA yang mengenakan APD dan membawa poster bertuliskan, “Pasar Hewan: Kejam dan Mematikan,” akan berkumpul di depan Pasar Jatinegara pada hari Selasa, untuk mengingatkan semua orang bahwa pasar hewan hidup yang kotor seperti ini memiliki konsekuensi yang mengerikan—termasuk menciptakan titik penyebaran baru bagi penyakit zoonotik yang berpotensi mematikan.
Para relawan akan menekankan bahwa sebagian besar penyakit yang menyebabkan pandemi atau epidemi dalam beberapa tahun terakhir bersumber dari hewan, sebelum akhirnya ditularkan kepada manusia—termasuk COVID-19, AIDS, flu burung, flu babi, SARS, MERS, Ebola, dan Zika—dan mendesak semua orang untuk membantu menyelamatkan nyawa manusia dan hewan lain dengan menjadi vegan.
BACA JUGA:Kendala Sosial dalam Menjadi Vegan: 5 Tantangan di Tengah Gaya Hidup Berbasis Nabati
BACA JUGA:4 Resep Vegan Sehat untuk Keluarga: Menyajikan Hidangan Lezat yang Bergizi
“Baik penganiayaan hewan maupun penyakit berbahaya, tersebar luas di pasar hewan hidup yang kumuh, yang mengurung kelelawar, monyet, dan banyak spesies lainnya yang ketakutan dalam kandang sesak, kotor, serta bermain api dengan kesehatan publik dalam prosesnya,” ujar Jason Baker, Senior Vice President PETA. “Pandemi mematikan tidak terhindarkan selama manusia terus membiakkan, mengurung, dan mengonsumsi hewan. PETA mendesak publik untuk menjadi vegan, demi keberlanjutan hidup kita semua.”
Tempat: Pasar Hewan Jatinegara, Jl. Jatinegara Barat, No. 10, Rt. 10/Rw. 3, Bali Mester, Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13320 (Pertigaan Jl. Matraman Raya dan Jl. Kemuning)
Waktu: Selasa, 12 November, 12:00 WIB
PETA mencatat, sebagian besar ilmuwan percaya bahwa COVID-19—yang telah menginfeksi lebih dari 6 juta individu dan membunuh lebih dari 161.000 jiwa di Indonesia—berasal dari pasar hewan hidup di China, di mana beragam spesies hewan hidup dan mati dijual berdampingan dengan bahan pangan lainnya.
Investigasi PETA terhadap pasar hewan hidup di berbagai belahan dunia mengungkap bahwa hewan berpenyakit dan stres dari sumber yang tidak terlacak, ditempatkan berdesakan di lingkungan yang menyebabkan mereka tertekan, seringkali dalam kandang penuh kotoran yang sangat sempit sampai mereka hampir tidak bisa bergerak. Bangkai tupai, musang, kelelawar, burung, dan tikus dijual di pasar terbuka tanpa protokol kebersihan yang jelas.
BACA JUGA:6 Mitos dan Fakta Seputar Veganisme: Memahami Gaya Hidup Berbasis Nabati
BACA JUGA:Mengapa Vegan Kadang Memilih Makanan yang Mirip Daging: Ini Penjelasan dan Alasan di Baliknya
PETA—dengan semboyan yang sebagiannya berbunyi “hewan bukan milik kita untuk dikonsumsi atau dianiaya dengan cara apapun”—menentang spesiesisme, cara pandang supremasi manusia.