Khutbah Jumat: Refleksi Makna Perjalanan Hidup Manusia

Jumat 22 Dec 2023 - 07:55 WIB
Reporter : Adam
Editor : Azmaliar Zaros

Lalu Ubay berkata: “Itulah takwa”.

Dari riwayat ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran penting, bahwa taqwa adalah kewaspadaan diri, rasa takut kepada Allah SWT. Kesiapan diri. Kehati-hatian agar tidak mudah terjebak dalam duri-duri syahwat di tengah perjalanan menuju Allah SWT. Menghindarkan diri dari perbuatan syirik, dan sekuat tenaga meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa, serta berjuang sungguh-sungguh dalam menaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dengan hati yang tunduk dan ikhlas.

 

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah,

Setiap orang yang beriman pasti menyadari bahwa kehidupan di muka bumi ini bukanlah tanpa batasan waktu. Setiap orang menjalani kehidupan sesuai kontraknya masing-masing dalam batas waktu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Umur manusia berbeda satu dengan lainnya. Begitu pun amal dan perbuatannya. Setiap mukmin akan menyadari bahwa ia tidak akan selamanya hidup dan tinggal di dunia ini; bahwa keberadaannya di alam ini hakikatnya sedang menempuh proses perjalanan panjang menuju kehidupan akhirat yang kekal dan hakiki.

Sikap yang demikian sungguh sangat berbeda dan bertolak belakang dengan sikap orang-orang yang hakikatnya tidak beriman. Sebagaimana hal ini disinggung dalam firman Allah SWT  yang artinya, "Akan tetapi kalian (orang-orang yang ingkar) justru lebih memilih kehidupan duniawi. Padahal sungguh kehidupan akhirat itu jauh lebih baik dan kekal.'' (QS. al-A’la: 16-17).

 

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Allah swr berfirman yang artinya:  “Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu berupa (kebahagiaan) akhirat, dan janganlah kamu melupakan nasibmu di dunia; berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. al-Qashash: 77).

 

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dari ayat ini kita dapat menggali beberapa point penting tentang prinsip-prinsip yang perlu kita pedomani dalam menjalani kehidupan di muka bumi :

Pertama, prinsip mengutamakan kebahagiaan akhirat. Prinsip ini menganjurkan kita agar dalam melaksanakan urusan-urusan duniawi, hendaknya selalu dibarengi dengan mempertimbangkan nilai-nilai ukhrawi. Dalam hal ini, penting dipahami bahwa mengutamakan kebahagiaan akhirat bukan berarti mengabaikan sama sekali persoalan duniawi.

Artinya, dalam melakukan aktivitas apapun di dunia ini, dalam pekerjaan dan profesi apapun, hendaknya semua itu kita landasi atas dasar ibadah kepada Allah SWT demi meraih ridho-Nya dan berharap kebahagiaan kelak di akhirat.

Kedua, prinsip yang dalam ayat di atas disebutkan dalam bentuk perintah (fi’il amr): ‘ahsin’, yakni agar kita senantiasa berbuat kebaikan. Artinya, dalam melakukan aktivitas apapun, hendaknya selalu kita orientasikan untuk tujuan berbuat baik terhadap sesama. Tidak sebatas memaknai kebaikan hanya untuk diri atau kelompok kita sendiri. Dengan prinsip ini, seseorang akan terhindar dari sikap ananiyah (egoisme), sebuah sikap yang sering menjadi sumber pertikaian dan permusuhan antar sesama. Selain itu, prinsip ini akan menumbuhkan sikap selalu berprasangka baik (husnudzan) kepada orang lain, serta memupuk sikap tasamuh (toleransi) dan saling menghargai.

Kategori :