Wabah Penyakit 'Ngorok' Ancam Ternak di Bengkulu Selatan dan Kaur, Puluhan Sapi Mati

Jumat 11 Oct 2024 - 21:24 WIB
Reporter : windi
Editor : Syariah m

RADAR BENGKULU - Wabah penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau dikenal dengan penyakit “Ngorok” tengah menghantui wilayah Bengkulu Selatan dan Kaur. Penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau ini menyebar begitu cepat dan menyebabkan kematian mendadak pada hewan yang terinfeksi. Dampaknya pun terasa pada ekonomi para peternak di daerah tersebut, mengingat penyakit ini mematikan bagi ternak meski tidak menular ke manusia.

Sejak kemunculannya, puluhan ternak telah menjadi korban. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu, drh. Muhammad Syarkawi, menyebutkan bahwa hingga kini sudah sekitar 50 ekor kerbau mati di Bengkulu Selatan. Tak hanya di sana, Kabupaten Kaur pun kini telah dilaporkan terdampak, dengan 10 ekor ternak mati dalam sepekan terakhir.

"Penyakit ngorok ini sudah merambah sampai Kaur dari yang awalnya di Bengkulu Selatan. Kasus di sana terus bertambah, sementara di Kaur juga telah dilaporkan 10 ekor kerbau yang mati,” ujar Syarkawi.

Penyakit ngorok, atau SE, adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida. Bakteri ini berkembang pesat di lingkungan yang lembab dan panas, dan seringkali menyebar melalui kontak langsung antarhewan atau peralatan yang terkontaminasi.

BACA JUGA:Bengkulu Makin Dilirik, Potensi Energi Terbarukan Tarik Investor Asing

BACA JUGA:Waspadai Lonjakan Inflasi Menjelang Natal dan Tahun Baru, Bengkulu Antisipasi Kenaikan Harga Pangan

Gejala umum yang ditimbulkan berupa sesak napas, pembengkakan pada leher, dan suara ngorok saat bernapas, hingga akhirnya hewan tersebut sulit diselamatkan jika tidak segera ditangani.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu, bersama pemerintah daerah, bergerak cepat menangani kasus ini. Syarkawi menjelaskan, tim Disnakeswan telah melakukan pengobatan bagi ternak yang masih mungkin diselamatkan, meski banyak yang terlambat karena kondisinya sudah parah saat ditemukan.

“Memang ada yang kondisinya sudah terlalu parah, tetapi kami masih bisa menyelamatkan beberapa yang gejalanya belum terlalu akut. Saat ini, kami tengah fokus pada pengobatan dan pencegahan agar kasus ini tidak menyebar ke daerah lain,” katanya.

Selain pengobatan, langkah preventif pun dilakukan melalui vaksinasi darurat. Dalam upaya mengendalikan penyebaran SE, Disnakeswan telah meminta bantuan pemerintah pusat untuk menyediakan vaksin SE. Hasilnya, 1.000 dosis vaksin berhasil diperoleh dan langsung dialokasikan ke daerah-daerah yang terdampak, terutama Bengkulu Selatan dan Kaur.

“Kami mendapatkan bantuan 1.000 dosis vaksin SE, dan semuanya sudah kami distribusikan ke lapangan. Vaksin ini penting agar ternak di kawasan yang berisiko dapat terlindungi, terutama dalam situasi wabah seperti sekarang,” ujar Syarkawi.

BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Meraih Indeks Pembangunan Statistik di Atas Rata-Rata Nasional

BACA JUGA:Ketupek Bengkulu 2024 Sukses Lahirkan Karya Inovasi Produk & Teknologi

Disnakeswan Bengkulu juga mengimbau masyarakat, khususnya para peternak, untuk membatasi lalu lintas ternak. Langkah ini diambil untuk mencegah penularan lebih lanjut ke wilayah lain di Provinsi Bengkulu. Pengawasan terhadap pergerakan ternak di sekitar Bengkulu Selatan dan Kaur diperketat, terutama untuk mencegah adanya perpindahan hewan dari daerah yang terinfeksi ke kawasan lain.

“Kami meminta peternak untuk berhati-hati dalam memindahkan ternak mereka, terutama dari daerah yang sudah ada kasus SE. Langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi penularan lebih lanjut dan meminimalisir jumlah korban,” imbuh Syarkawi.

Kategori :