Kereta Luxury

Sabtu 31 Aug 2024 - 20:49 WIB
Reporter : tim redaksi
Editor : Azmaliar

MUMPUNG harus turun di Cirebon: ingin mencoba gerbong kereta api kelas luxury.

Pergi ke Pesantren Al Zaytun sungguh nanggung: naik pesawat jauh. Naik mobil pun jauh. Maka naik kereta api satu pilihan.

Harus turun di stasiun Cirebon. Lalu naik mobil dua jam ke pedalaman Indramayu.

Sebenarnya ada bandara lebih dekat: Kertajati. Tapi Anda sudah tahu: begitu dibuka bandara itu langsung ditutup. Sudah lebih lima tahun.

Salah satu pertimbangan naik luxury adalah umur: sudah 73 tahun. Malam hari harus cukup tidur. Tidak bisa lagi hanya tidur tiga jam seperti zaman membangun Jawa Pos dulu.

Anda sudah pernah merasakan: kursi di kelas luxury bisa dibuat flat –seperti tempat tidur. Seperti di pesawat kelas satu.

Surabaya-Cirebon lima setengah jam. Belum memenuhi ketentuan tidur harus 6 jam, tapi lumayan. Berangkat pukul 21.15. Tiba pukul 02.45.

Pukul 04.45 bisa tiba di Zaytun. Acara pertama senam: pukul 05.30.

Tentu saya tidak berharap berlebihan. Agar tidak mudah kecewa.

Saya sudah mengira: tidak akan seperti luxury-nya kereta di Amerika. Bahkan tidak mungkin seperti di kelas satunya kereta cepat di Tiongkok.

Malam itu saya naik kereta dari stasiun Pasar Turi Surabaya. Bisa ngobrol dengan Kepala Daerah Operasi PT KAI Jatim. Kebetulan ia juga akan turun di Cirebon. Akan ke kantor pusat KAI di Bandung.

Saya dapat kabar baik: Stasiun Pasar Turi segera dibongkar. Untuk dibangun yang baru. Akan dibuat seperti bandara. Atau, dibuat mirip stasiun-stasiun Whoosh. Dua lantai. Tahun depan selesai.

Sudah waktunya stasiun-stasiun KA tidak kalah dengan bandara. Toh tiket kereta juga tidak lagi murah. Untuk kelas luxury ini bahkan lebih mahal dari tiket pesawat: antara Rp 1,2 juta sampai Rp 1,7 juta –saya dapat harga yang termahal itu.

Gerbong kelas luxury ini ditempatkan agak paling belakang. Aneh. Saya lupa bertanya mengapa begitu. Mahal tapi jalan kakinya lebih jauh. Baik saat naik maupun saat turun kelak.

Saya tidak mempersoalkan yang tidak logis seperti itu. Saya masih kuat jalan. Toh tidak membawa koper. Saya hanya membawa tas kresek isi satu baju –lupa tidak mengembalikan jas pinjaman dari Syekh Panji Gumilang dua tahun lalu.

Kategori :

Terkait

Minggu 24 Nov 2024 - 20:42 WIB

Wanita Global

Sabtu 23 Nov 2024 - 21:29 WIB

Mau Berubah?

Rabu 20 Nov 2024 - 21:08 WIB

Bergodo Kebogiro

Senin 18 Nov 2024 - 21:06 WIB

Tafsir Iqra

Sabtu 16 Nov 2024 - 19:23 WIB

Pemerintahan Sederhana