AIDP Dipersiapkan Untuk Siaga Pandemi dan Pertahanan Terhadap Penyakit Menular Melalui Udara

Jumat 09 Aug 2024 - 04:58 WIB
Reporter : tim redaksi
Editor : syariah m

radarbengkulu.bacakoran.co -  Airborne Infection Defense Platform (AIDP), secara resmi diluncurkan dengan tujuan memperkuat penanganan tuberkulosis (TBC) di ASEAN, meningkatkan sistem kesehatan dan kesiapan melawan pandemi, guna mengatasi masalah infeksi pernafasan yang ditularkan melalui udara.

Inisiatif ini diresmikan pada side event ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM) ke-16, di mana sambutan pembuka diberikan oleh H.E. Dr. Bounfeng Phoummalaysith selaku Menteri Kesehatan dari Republik Rakyat Laos.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan Kementerian Republik Indonesia drs. Bayu Teja Muliawan, S.H., M.Pharm, M.M., Apt., Dr. Teodoro Javier Herbosa selaku ketua dewan Stop TB Partnership dan delegasi dari Negara ASEAN lainnya - mereka berkumpul bersama guna memahami situasi TBC dan kesiapan penanganan pandemi di seluruh ASEAN, memperkuat kerja sama antara para pemangku kepentingan, serta memperkuat kapasitas negara untuk melawan penyakit yang ditularkan melalui udara.

AIDP didukung oleh United States Agency for International Development (USAID) dan diimplementasikan oleh Stop TB Partnership Geneva dan Stop TB Partnership Indonesia (STPI), sebuah lembaga non-profit yang berfokus pada upaya eliminasi TBC.

Platform ini juga telah disetujui oleh negara anggota ASEAN.

Lebih dari 2.4 juta orang di seluruh ASEAN diestimasikan terkena TBC, berdasarkan Global TB Report 2024.

Lima negara ASEAN (Indonesia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam) masuk ke dalam daftar negara dengan beban TBC tertinggi di dunia versi World Health Organization (WHO). 

Untuk konteks Indonesia, negara ini memiliki beban TBC tertinggi kedua di dunia. Menurut Laporan Global Tuberkulosis WHO (2023), Indonesia menyumbang 10% dari kasus TBC global pada tahun 2022 dan termasuk salah satu dari lima negara ASEAN dengan beban TBC tertinggi. Pada tahun 2022, diestimasikan lebih dari 1 juta orang di Indonesia terkena TBC dengan angka kasus sebesar 385 per 100.000 penduduk, dan ada 134.000 kematian, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah kematian tertinggi kedua di dunia setelah India akibat TBC.

 

 

 

Pandemi Covid-19 telah memperburuk situasi dengan mengakibatkan penurunan pendanaan TBC di Indonesia sekitar 8,7% antara tahun 2019 dan 2020. Dampak lainnya dari hal ini ialah dapat memperluas kesenjangan pembiayaan TBC, sehingga perlu meningkatkan upaya dalam menanggulangi TBC di tengah tantangan yang ada.

Dalam dialog kepemimpinan pada sesi tersebut, Bayu Teja Muliawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia  menyatakan, “Selama tahun pertama pandemi, kami menghadapi tantangan yang signifikan dalam penanggulangan TBC, di mana pelaporan kasus TBC menurun. Namun, hal ini dapat mulai pulih kembali pada tahun kedua pandemi, bahkan tingkat pelaporan kami tahun 2022 berhasil mencapai 70% dan 80% pada tahun 2023, capaian ini menjadi yang tertinggi dalam sejarah Indonesia. Keberhasilan Indonesia untuk bangkit setelah pandemi adalah berkat monitoring yang intens setiap minggu dari Menteri Kesehatan.

Kunci lain dari penanggulangan TBC yang kami lakukan adalah kemampuan dalam bekerja sama dengan para pemangku kepentingan multisektor dan donor, termasuk kementerian, entitas sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil. Kami juga mencari kolaborasi di seluruh ASEAN, untuk terus bekerja bersama dan memastikan bahwa kami dapat lebih kuat sebagai satu komunitas Asia.”

Untuk memperkuat kolaborasi dalam melawan penyakit menular melalui udara, AIDP akan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN dan organisasi-organisasi global untuk menyusun kebijakan dan metodologi, serta bertukar pengetahuan, fasilitas, teknologi, dan sumber daya manusia guna meningkatkan kapasitas melawan TBC dan memperkuat kesiapsiagaan terhadap pandemi.

Kategori :