BACA JUGA:Tingkatkan Kehandalan Listrik di Bengkulu Utara, PLN Operasikan Gardu Induk Argamakmur
BACA JUGA:Ini Dia Harga Kebutuhan di Pasar Murah yang Gigelar Pemprov Bengkulu
“Berkat hasil dari pertumbuhan domestik yang kuat dan strategi Tiongkok +1, kami semakin optimis bahwa PDB dan PMA Asia Tenggara akan melampaui pertumbuhan Tiongkok pada dekade berikutnya. Namun, persaingan investasi multinasional akan semakin ketat, seiring dengan persaingan antar negara yang akan meningkatkan hasil yang lebih baik bagi bisnis dan konsumen,” kata Charles Ormiston, Advisory Partner di Bain & Company sekaligus Chair di Angsana Council.
“Dunia telah berubah menjadi semakin proteksionis dan “inward looking” (kebijakan ekonomi yang fokus pada pasar domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor) beberapa tahun terakhir, sebuah tren yang sepertinya tidak akan berubah. Meski demikian, sebagian besar negara-negara dan perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara berada di posisi yang tepat untuk menemukan peluang dikarenakan alokasi modal telah dikalibrasi ulang di berbagai wilayah dan sektor, sembari menghadapi disrupsi teknologi dan perubahan iklim. Kami rasa pernyataan dari para pengamat itu salah; justru sebuah dekade yang penuh angin segar telah menanti kawasan ini,” ujar Taimur Baig, Managing Director dan Chief Economist di DBS Bank.
SEA-6 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata 5,1 persen per tahun selama satu dekade ke depan
Meskipun pertumbuhan Vietnam mengalami pelambatan, Vietnam diperkirakan tetap akan memimpin kawasan ini dengan pertumbuhan PDB rata-rata 6,6 persen dalam satu dekade ke depan. Perekonomian Vietnam yang berorientasi ekspor berada di posisi yang tepat untuk menangkap peluang dari "Tiongkok + 1". Ekosistem domestiknya mendorong persaingan antar provinsi yang sehat dan menumbuhkan tenaga kerja yang kuat. Kombinasi ini menjadikan Vietnam siap untuk menarik beragam sumber investasi, sekaligus mengembangkan ekonominya.
BACA JUGA:Kasus Dokter Surya Sampai ke Komite Medik, Pemkab Mukomuko Bentuk Tim
Filipina, diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,1 persen, disebabkan oleh pemerintahan yang pro-pertumbuhan, yang memprioritaskan investasi pada infrastruktur, terutama melalui proyek-proyek energi terbarukan yang menarik minat para investor. Filipina juga dapat memetik keuntungan demografis, tidak seperti Singapura dan Thailand yang akan menghadapi tantangan di bidang ini.
Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,7 persen, namun memiliki potensi yang besar untuk melampaui perkiraan ini mengingat ketersediaan sumber daya, populasi, dan tenaga kerja yang terus bertambah, serta ekosistem kewirausahaan dan inovasi yang berkembang pesat.
Indonesia juga perlu meningkatkan MVA-nya, memperluas jangkauan di luar komoditas, dan menjaga agar perekonomiannya tetap terbuka dan kompetitif.
Demikian juga, Malaysia, yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,5 persen, menunjukkan tanda-tanda yang baik dalam usahanya untuk menarik PMA, dengan memanfaatkan keberhasilannya pada masa lalu, di sektor-sektor yang bertumbuh seperti semikonduktor.
Malaysia juga dapat menjadi penerima manfaat utama dari peluang yang datang dari Singapura, terutama terlihat dari adanya lonjakan pesat di bidang investasi pusat data. Kapasitas pusat data Malaysia sendiri memiliki potensi lebih dari dua kali lipat kapasitas Singapura, yang sampai saat ini telah terbukti menjadi pemimpin di kawasan ini.