Caffey sendiri tergiur untuk tes DNA karena panggilan jiwa. Terutama setelah ke Mesir. Lalu melihat patung Ramses III. Ia memandangi wajah patung itu. Lama. Terutama bentuk matanya. Ia merasa wajahnya sangat-sangat mirip dengan Ramses III.
Setelah itu ia merasa dirinya mirip sekali dengan Ramses. Ia seperti melihat dirinya di sosok patung itu. Lalu menjalani tes DNA di 23andMe, tempat di mana saya menjalaninya delapan tahun lalu.
Di Amerika kini tidak penting memperdebatkan siapa keturunan siapa. Cukup tes DNA. Tidak buang-buang energi. Tidak sampai harus konflik –seperti yang pernah saya tulis: klaim siapa keturunan Ba Alawi.
Caffey sendiri pemilik perusahaan cyber security. Sejak tahun 2017 lalu. Yakni sejak berkunjung ke Israel. Di sana ia ikut rapat keamanan cyber. Lalu terlihat olehnya layar laptop peserta rapat di sebelahnya. Ia bisa baca dokumen yang ada di layar itu. ''Harusnya ia melindungi kerahasiaan dokumen itu dari pandangan orang lain,'' kata Caffey dalam hati.
Sejak itu Caffey terpikir: bagaimana bisa membuat program agar orang lain tidak bisa melirik rahasia di layar laptop miliknya.
Lalu Caffey bertemu beberapa ahli keamanan cyber di Israel. Ide barunya ia kemukakan.
Tidak mudah. Mereka bilang sistem digital tidak bisa mengatasi. ''Bagaimana kalau lewat retina mata?'' katanya pada para ahli itu.
Setelah berbulan-bulan diriset akhirnya ditemukan: sebuah dokumen di layar komputer hanya bisa dibaca oleh yang bersangkutan. Atau oleh orang yang diberi wewenang membacanya.
Misalkan Anda kirim email ke teman Anda. Teman beneran maupun teman mata sapi. Maka teks email itu hanya bisa dibaca oleh Anda dan si mata sapi. Orang yang retina matanya tidak direkomendasikan tidak bisa membacanya.
Caffey lulusan universitas kecil –untuk ukuran Amerika– di kota kecil Youngtown, dekat Cleveland, Ohio: Youngtown State University. Ia ambil bidang finance. Lalu bekerja di perusahaan keuangan –dapat klien perusahaan-perusahaan Fortune500.
Sukses itu, katanya, terinspirasi dari ayahnya. Sang ayah yang memintanya jadi loper koran. Yakni saat Caffey masih remaja. Itu membuatnya tidak hanya punya penghasilan sendiri tapi juga belajar berkomunikasi dengan begitu banyak orang –sampai kenal secara personal.
Di situ Caffey belajar mempraktikkan nasihat sang ayah: orang sukses itu orang yang bisa mendengarkan orang lain. Kadang sulit bersabar ketika harus mendengarkan kata-kata yang tidak menarik dari orang lain. Tapi harus tetap punya waktu untuk mendengarkannya.
Tentu Anda boleh tidak sabar mendengarkan video di medsos –karena medsos bukanlah orang. Bahkan kadang-kadang ia itu Fir'aun. (DAHLAN ISKAN)