Hadirnya Ramadan merupakan salah satu tanda kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah mengetahui bahwa tidak ada satupun manusia yang sempurna. Manusia adalah tempat salah dan lupa. Banyak lalai dan dosa yang dilakukan di sepanjang hidup yang dijalani. Oleh sebab itu, Allah sediakan waktu-waktu khusus sebagai kesempatan bagi seorang Muslim untuk menghapus dosa-dosa, sekaligus memperbaiki kualitas imannya. Ramadan adalah salah satu diantara mekanisme yang Allah sediakan untuk hal tersebut.
Rasulullah bersabda yang artinya:
“Salat lima waktu dan salat Jumat ke Jumat berikutnya, Ramadan ke Ramadan berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya, apabila dia menjauhi dosa besar.”(H.R. Muslim).
Tentu bagi seorang Muslim sejati, yang menyadari kelemahan dirinya, Ramadan adalah waktu yang sangat dinanti-nantikan. Menjadikannya sebagai momentum untuk membersihkan diri dari dosa dan meningkatkan kualitas dirinya di hadapan Allah subhanahu wataala. Bahkan, dahulu para ulama salaf menjadikan Ramadan sebagai munthalaq (titik tolak) dengan mempersiapkan diri untuk Ramadan setengah tahun sebelumnya dan mengevaluasi Ramadan pada setengah tahun sisanya.
Maka, ketika Ramadan datang, seorang Muslim sejati tidak akan menyia-nyiakan kehadirannya. Dia akan melakukan ibadah-ibadah yang terbaik. Bermujahadah (bersungguh-sungguh) dengan semua amalnya dan menjadikannya sebagai waktu untuk melakukan sebanyak mungkin istighfar, untuk mensucikan diri dari dosa. Karena dia meyakini dengan sepenuh keyakinan sabda Rasulullah dalam sebuah hadis:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka Alah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Atau dalam redaksi yang lain:
“Barangsiapa yang melakukan qiyam Ramadan dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Jamaah Salat Jumat Rahimakumullah…
Inilah gambaran orang yang sukses menjalani Ramadan. Dia ridha berlapar dahaga dan berjuang mengekang hawa nafsunya di siang hari. Kemudian di malam hari khusyuk menegakkan salat di hadapan Rabb-Nya. Maka, ampunan Allah menantinya sebagai balasan yang teramat berharga.
Karena ternyata ada pula orang-orang yang melalui Ramadan, akan tetapi justru mendapatkan kerugian di penghujungnya. Mereka adalah orang-orang yang tidak pandai memanfaatkan Ramadan sebagai “sarana istighfar”. Sehingga, saat Ramadan berlalu Allah belum mengampuni dosa-dosanya. Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya:
“Sungguh sangat merugi seseorang yang datang kepadanya Ramadan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya).”(HR. at-Tirmidzi).