Khatib : Ahmad Sidik, S.Mn
Dari : Masjid Nurul Yaqin, Jalan Setia Negara Kelurahan Kandang Mas, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu
Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah SWT
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan kita semua nikmat yang paling agung, yaitu Islam dan iman, sehingga bisa melaksanakan kewajiban satu pekan satu kali, yaitu salat Jumat dengan penuh semangat.
Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah sukses dalam berdakwah, menyebarkan ajaran Islam dengan penuh rahmat dan kasih sayang, sehingga kita bisa merasakan nikmatnya Islam yang penuh kedamaian.
Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan salat Jumat ini, untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan cara menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan-Nya, menambah ibadah, menguatkan keimanan, dan memantapkan keyakinan kepada-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang lebih baik untuk kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan.
Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah SWT ,
Terlepas apakah berada pada pergantian tahun baru ataupun tidak, namun yang perlu dan penting untuk terus kita lakukan adalah instrospeksi diri (muhasabatun nafs). Yaitu mengoreksi dan mengingat-ingat apa yang telah kita lakukan selama satu tahun berlalu, sehingga bisa menjadi referensi dalam melangkah di tahun ini. Selain menjadi referensi, diantara tanda-tanda ketakwaan seseorang adalah adanya koreksi dan introspeksi untuk dirinya. Hal ini sebagaimana dicatat oleh Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin, juz IV, halaman 404, riwayat Maimun bin Mahran, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Seorang hamba tidak bisa disebut (golongan) orang yang bertakwa hingga ia bisa mengoreksi dirinya melebihi koreksi pada temannya.”
Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah SWT
Selain sabda Rasulullah SAW tersebut, kiranya pantas bagi kita semua untuk mengingat salah satu pesan Sayyidina Umar bin Khattab, khalifah kedua dalam sejarah Islam, perihal introspeksi diri.
Ia mengatakan yang artinya, “Koreksilah diri kalian semua sebelum kalian dikoreksi (dihisab). Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan hiasilah diri kalian (dengan amal ibadah) untuk pagelaran agung (hari kiamat) kepada Allah ta’ala. Pada hari itu kalian semua dihadapkan, dan tidak ada sesuatu yang samar dari kalian.”
Pesan ini memberikan arahan dan pedoman bagi kita semua untuk menjalani kehidupan di dunia: di balik makna koreksilah diri kalian sebelum dihisab, berarti kita semua diharapkan untuk berhati-hati dalam bertindak, berbuat, dan berucap, dan bahkan tidak melakukan apa-apa sebelum benar-benar jelas kebenarannya. Sehingga semua perbuatannya bernilai manfaat dan umurnya tidak hilang dengan sia-sia. Penjelasan di atas senada dengan salah satu sya’ir yang pernah disampaikan oleh Syekh Zainuddin Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab bin Hasan as-Sulami, dalam Kitab Ghada’ul Albab Syarah Manzumatil Adab, juz II, halaman 348. Ia mengatakan yang artinya, “Bukankah termasuk kerugian, bila malam-malam berlalu tanpa ada manfaat padahal juga dihitung (dihisab) dari (jatah) umurku?”