Kata Arif, penyebutan itu karena Kota Bengkulu terkenal sebagai kota kelahiran sang saka merah putih. Yang mana Fatmawati, istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno merupakan sosok penjahit bendera sang saka merah putih.
"Kota Bengkulu ini tempat lahirnya sang saka merah putih. Karena, bu Fatmawati, putri Bengkulu yang menjahit sang saka merah putih dengan tangannya. Maka, harusnya kalau ingat merah putih tentunya ingat Kota Bengkulu," terang Arif.
Memaknai merah putih, Arif menegaskan bahwa pemersatu bangsa bukanlah dari bahasa saja, melainkan dari semangat kesatuan dan persatuan.
BACA JUGA:Herimanto Optimis Pemda Provinsi Bengkulu Segera Cairkan DBH Kota Bengkulu
BACA JUGA:Dedy Wahyudi Fokus Selesaikan Tiga Masalah Utama di Kota Bengkulu
"Pemersatu bangsa bukan hanya bahasa. Kalau misal satu kabupaten tidak bisa bahasa Indonesia, tidak bisa kabupaten itu dikatakan tidak NKRI. Tetapi ada manusia di Kabupaten, suatu kampung tidak mau hormat dengan merah putih sudah dipastikan tidak NKRI. Begitu kuat ikatan merah putih di tengah keberagaman bahasa, agama, suku dan sebagainya bisa lebur dengan merah putih," tuturnya.
Dengan penjelasan ini, Arif mengajak seluruh siswa juga menggaungkan hal tersebut di sekolahnya, sehingga ketika orang berbicara Kota Bengkulu sudah pasti itu Kota Merah Putih.
Adapun kegiatan ini ditutup dengan foto bersama antara Pj Walikota dengan siswa SMA Taruna Nusantara beserta keluarga sekaligus penyerahan cinderamata.
Sebagai informasi, SMA Taruna Nusantara, sering disebut sebagai Tarnus atau SMA TN adalah salah satu sekolah menengah atas berasrama penuh terbaik di Indonesia.
Sekolah ini di bawah naungan Yayasan Pengembangan Sumber Daya Pertahanan (YPSDP).
Dikenal dengan budaya semi-militernya, SMA Taruna Nusantara telah melahirkan banyak tokoh penting yang berkontribusi dalam berbagai sektor, termasuk pemerintahan dan militer. (**)