Tepung beras, bahan utama laklak, diolah sendiri untuk menjaga keunikan rasanya. Warung ini menggunakan 3-4 kg tepung beras setiap harinya.
“Makan laklak tanpa minum rasanya kurang lengkap. Berbagai merek kopi internasional juga disajikan dengan harga warung,” kata Suriani.
Selain laklak, Warung Laklak Pengangon juga menyajikan jajanan tradisional seperti pisang rai dan ketan hitam.
Jajanan tradisional ini bisa dikombinasikan sesuai selera dan harganya tetap Rp 5.000 per orang.
Warung ini juga menyajikan nasi sera (singkong) dengan lauk tradisional Desa Bakas yang terdiri dari ayam sisit, sayur ulap dan kacang panjang dengan harga Rp 10.000 per orang.
Kombinasi harga yang terjangkau dan porsi yang menggugah selera membuat warung ini selalu ramai.
I Wayan Malendra, pemilik Warung Laklak Pengangon, menjelaskan bahwa nama 'Pengangon' berasal dari kegiatan penduduk setempat yang bekerja sebagai petani dan penggembala.
Malendra membuka warungnya saat terjadi erupsi Gunung Agung, yang berdampak pada perekonomian Bali.