Inilah Kisahnya Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (26) - Fatmawati Bertugas dalam Suasana Perang

Lokasi Musala Aisyiyah dekat SD Muhammadiyah ini tempo dulu dijakan sebagai Pos Panitia Penolong Korban Perang--

OLEH: AZMALIAR ZAROS 

RADAR BENGKULU - Esoknya barang-Barang Bung Karno diantar orang untuk dititipkan di rumah temannya. Pertukaran zaman dapat dirasakan Fatmawati sedang berjalan, walaupun tak dapat dia artikan seluruhnya. Satu hal menjadi keyakinannya bahwa Bung Karno atau yang biasa disebut rakyat ''Bung Karno'' akan menjalankan dan sedang menjalankan peranan penting.

Barang Bung Karno yang dapat dia selamatkan 8 peti sisa dari barang-barangnya yang dibakar (dibumihanguskan) oleh Belanda yang merupakan buku-buku politik, ekonomi, agama dan lain sebagainya.

Barang-barang itu ia simpan di rumah persembunyiannya. Ganjil rasanya , tapi nyata-nyata  barang-barang tersebut baginya seakan-akan merupakan tali hubungan batin dan jaminan untuk bisa bertemu lagi.

Oleh Belanda, 3 peti buku dibakar. Hanya 8 peti lagi yang dapat diselamatkan. Itulah yang dapat dia simpan ditempatnya bersembungyi. Yaitu di rumah kakak ayahnya. Sepeda  dititipkan di rumah teman akrabnya.

Dalam berkecamuknya perang itu, ibunya bertugas di pos Panitia Penolong Korban Perang (PKP). Tempat itu berdekatan dengan Musala Aisiyah yang siap  memberi pertolongan kepada korban perang.

Fatmawati mencoba menguatkan hatinya dalam menghadapi percobaan semacam itu. Jika sedang bersama-sama ibu, ia selalu dihibur dengan kata yang penuh semangat dan keimanan.

Karena perang berkobar, maka korban manusia pun berserakan. Para korban biasanya diangkut  dan diberi pertolongan secukupnya . Banyak anak-anak yang kehilangan orangtuanya.

BACA JUGA:Kisah Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (24) - Penantian Panjang Fatmawati Sebelum Jadi Istri Bung Karno

BACA JUGA:Kisah Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (25) - Bung Karno: Fat Sayang, Mas Pergi Entah Kemana, Jaga dirim

Jerit tangis kesakitan dan rintihan menusuk hati. Bekas-bekas militer Belanda beserta keluarga yang turun dari pegunungan sebelum diberangkatkan diberikan warga makan dan obat-obatan .

Sesudahnya terus dibawa ke kapal yang masih tersedia di pelabuhan. Makanan yang ada hanyalah makanan dalam kaleng . Seperti sardencis, kornet.

Fatmawati bertugas dibagian dapur. Di samping itu juga mengurus anak-anak yang kehilangan orangtuanya serta mengobati yang luka-luka.

Suatu ketika kira-kira jam 12 siang, datanglah para pengungsi Belanda (militer) di tempat markasnya dengan membawa orang luka-luka.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan