Ini Loh Sejarah Nama Kelurahan Penurunan Kota Bengkulu

Ini Loh Sejarah Nama Kelurahan Penurunan Kota Bengkulu-dokumen RADARBENGKULU-

 

RADARBENGKULU.BACAKORAN.CO - PENURUNAN ini juga merupakan salah satu nama kelurahan unik di Kota Bengkulu. Kelurahan ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Ratu Samban. Mengapa daerah ini dinamakan Penurunan? Bagaimana sejarahnya? Mau tahu? Seperti biasa, ikuti saja tulisan Wartawan Harian Radar Bengkulu berikut ini.

Azmaliar Zaros, Bengkulu

Daerah ini dinamakan Penurunan, kata tokoh masyarakat Penurunan,  H. Muhidin Yusuf yang ditemui di kediamannya di Jln. Fatmawati No.43 RT 10 RW 4 Penurunan kemarin sudah lama.

BACA JUGA:Nasi Uduk Sehat untuk Dijadikan Sarapan Pagi?

BACA JUGA:Ini Aplikasi Untuk yang Hobi Baca Novel dan Komik Rekomendasi dari Google Playstore

Sejak dia lahir di daerah Penurunan pada tahun 1932, daerah itu sudah bernama Penurunan. Daerah itu sepi dan dimiliki oleh 3 orang. Saat itu masih banyak hutan dan babi masih berkeliaran.

‘’Tidak tahu juga kapan nama daerah ini dinamakan Penurunan. Yang jelas, sejak saya lahir nama itu sudah ada,’’jelas Muhidin yang yang diangkat jadi PNS di RSUD Bengkulu tahun 1955.

Sedangkan soal nama Penurunan itu juga, paparnya, dia tidak tahu secara pasti. Namun, berdasarkan cerita orangtua dahulu, daerah ini dinamakan Penurunan karena jalan di daerah itu banyak yang menurun.

Dari Simpang Lima ke arah BIM itu jalannya datar. Tiba-tiba saat akan menuju ke arah BIM ada jalan menurun. Jalannya yang menurun itu sekitar 30 derajat.

Bentuknya sama dengan posisi jalan sekarang ini. Karena menurun jalannya, maka orang menyebutnya dengan Penurunan.

‘’Jalan menurun itu sudah ada sejak saya kecil-kecil. Bahkan, lokasi itu juga masih ada sampai sekarang ini,’’ katanya.

Bedanya, dahulu jalan itu diaspal tipis, kini sudah bagus dan licin. Jalan Penurunan itu dahulu menuju ke arah kuala saja. Karena, seputar lokasi BIM dan kantor Polisi Pantai itu adalah daerah kuala dan tempat memecah ombak. Sedangkan ke arah jalan Sedap Malam sekarang ini buntu. Barulah sekitar tahun 1940 ke atas dibuat jembatan dari pohon kelapa. Sehingga memperlancar hubungan warga ke daerah Skip dan Padang Harapan. 

Pada zaman Belanda dahulu, kata pensiunan RSUD M.Yunus tahun 1992 itu, jalan ini tidak boleh dilalui gerobak oleh kolonial Belanda. Sebab, ditakutkan jalannya rusak. Warga yang ingin ke pantai untuk keperluan mencari kayu, harus memutar ke arah Kampung. Mereka harus lewat pantai. Pantai dahulu arealnya luas. Tidak seperti sekarang ini.   

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan