Warga Keluhkan BBM Bersubsidi Sulit Didapatkan
--
RADAR BENGKULU - Sulitnya mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, terutama jenis Bio Solar, tidak hanya merugikan masyarakat umum dan sopir angkutan. Tapi juga memberikan dampak signifikan bagi para pelaku usaha di Provinsi Bengkulu lainnya. Salah satu pelaku usaha, Marwan S. Ramis, mengungkapkan keresahannya terkait masalah ini.
Marwan menyampaikan bahwa kondisi ekonomi yang masih terdampak oleh pandemi Covid-19 ditambah sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi, khususnya Bio Solar, memberikan tantangan besar bagi pelaku usaha di Bengkulu. Menurutnya, antrean yang panjang di SPBU membuat proses pengangkutan barang dari sumber distribusi hingga ke Pulau Baai menjadi lebih lama.
"Bagi kita para pelaku usaha, dampak Covid-19 saja belum sepenuhnya berakhir. Kalau dilihat dari sisi ekonomi. Ini ditambah lagi dengan sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi, terutama jenis Bio Solar. Bagaimana tidak, ketika kita ingin mengangkut barang dari sumber distribusi hingga sampai ke Pulau Baai saja, lebih lama mengantri di SPBU," ungkap Marwan pada pada, Kamis (23/11).
BACA JUGA:Angkutan Sawit dan Truk Pertambangan serta Kendaraan Pemenang IUP, Tak Berhak Isi BBM Subsidi
BACA JUGA:Provinsi Bengkulu Meminta Kabupaten/Kota Usulkan Kebutuhan BBM Subsidi Tahun 2024
Menurutnya, kondisi BBM subsidi saat ini memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu. Meskipun pertumbuhan ekonomi masih positif, Marwan menilai bahwa dampak sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi membuatnya cenderung rendah. Situasi ekonomi nasional yang juga tidak stabil turut menambah kesulitan bagi pelaku usaha di daerah ini.
"Saat ini bukan hanya masyarakat yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi, pelaku usaha pun juga ikutan teriak. Karena dengan sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi, biaya yang harus dikeluarkan membengkak. Bayangkan saja, kita harus mengeluarkan biaya angkut hingga tiga kali lipat. Sementara hasil produksi usaha kita nilainya tetap," jelas Marwan.
Dia menegaskan bahwa kondisi sulit mendapatkan BBM bersubsidi telah membuat pelaku usaha hampir tidak mendapatkan keuntungan lagi. Keadaan ini dianggap ironis karena terjadi di Bengkulu, sementara di daerah lain kondisi tersebut tidak sebegitu parah. Marwan berharap ada solusi konkrit, dan bersedia bersama pemerintah daerah serta stakeholder terkait berkoordinasi dengan pemerintah pusat, termasuk BPH Migas, untuk memastikan penambahan kuota BBM bersubsidi untuk Bengkulu ke depannya. (wij)