Tradisi, Ziarah Kubur Jelang Ramadan Tetap Dilaksanakan

Ziarah kubur--

RADAR BENGKULU, SELUMA - Memasuki bulan Ramadan, seluruh TPU (Tempat Pemakaman Umum) di Kabupaten Seluma tampak bersih. Umat muslim pun mulai berduyun-duyun mendatangi TPU. Tradisi  ziarah kubur jelang Ramadan seolah-olah menjadi tradisi yang tak terlupakan bagi muslim.

Tradisi terjadi hampir di seluruh daerah,dan  memiliki penyebutan yang berbeda.  Seperti nyekar, munggahan, dan lain-lain.

Dalam Islam sendiri, hukum ziarah kubur diperbolehkan. Hal ini merujuk pada hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya:

"Sesungguhnya aku dulu telah melarang kalian berziarah kubur. Maka (sekarang) ziarahlah karena akan bisa mengingatkan kepada akhirat dan akan menambah kebaikan bagi kalian dengan menziarahinya. Barangsiapa yang ingin berziarah maka lakukanlah dan jangan kalian mengatakan 'hujran' (ucapan-ucapan batil)." (HR Muslim).

BACA JUGA:Produksi Diprediksi Naik, Harga TBS Sawit di Mukomuko Terus Menuju Rp 3.000

BACA JUGA:Hari Pertama Puasa, Simpang 4 Lais Ramai Pemburu Takjil

" Ini sudah menjadi tradisi, memasuki Ramadan mengirim doa untuk keluarga dan kerabat. Jika tidak, Ramadan dan Idul Fitri, perasaan masih terasa ada yang kurang," kata Yogi HC, salah seorang peziarah dimakam TPU Kelurahan Sido Mulyo, Kecamatan Seluma Selatan, Senin (11/3).

Mengutip buku Sejarah Kebudayaan Islam karangan Dr H Murodi MA, nyadran atau ziarah kubur ini bertujuan untuk menghormati orang tua atau leluhur. Mulanya, tradisi tersebut merupakan peringatan hari kematian para raja yang telah mangkat.

Ketika Islam masuk dan berkembang di Jawa, tradisi nyadran tetap dipertahankan dengan memasukkan nilai-nilai Islam di dalamnya. Hingga kini, ziarah kubur seperti menjadi agenda wajib menjelang Ramadan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan