Gubernur Bengkulu dan Istri Diberikan Gelar Adat Kehormatan

Gubernur Bengkulu dan Istri Diberikan Gelar Adat Kehormatan--

RADAR BENGKULU - Balai Raya Semarak, Senin (17/11), dipenuhi suasana khidmat dan sakral ketika Badan Musyawarah Adat (BMA) Provinsi Bengkulu menggelar Sidang Mufakat Rajo Penghulu. 

Dalam forum adat tertinggi itu, Gubernur Bengkulu Helmi Hasan bersama istrinya, Ny. Khairunnisa Helmi Hasan, dikukuhkan sebagai penerima Gelar Adat Kehormatan Sutan Inayat Syah untuk sang gubernur dan Putri Melaya Deni untuk sang istri.

Prosesi adat yang berlangsung hampir sepanjang hari itu merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke-57 Provinsi Bengkulu. 

Meski berada di tengah tuntutan pembangunan modern, Bengkulu terlihat berupaya menjaga kesinambungan tradisi leluhur melalui ritus adat yang terjaga.

Ketua Adat Provinsi Bengkulu, S. Effendi, memimpin langsung jalannya sidang. Para pemangku adat dari berbagai dusun dan wilayah hadir, menunjukkan betapa kuatnya legitimasi adat dalam kehidupan masyarakat Bengkulu.

BACA JUGA:Atap Rumah Warga Terbang Diterjang Angin Kencang, Pemkot Salurkan Bantuan Darurat

BACA JUGA:Peralihan Kemenag-Kemenhaj, Pemkab Seluma Belum Siapkan Lahan

Dalam sambutannya, Gubernur Helmi Hasan menegaskan bahwa gelar yang diterima bukan sekadar penghormatan simbolik. Ia menyebutnya sebagai “amanah moral,” sebuah tanggung jawab untuk menjaga martabat dan nilai-nilai luhur adat Bengkulu.

“Kita ingin Bengkulu maju secara modern, tetapi tetap berakar pada kearifan leluhur. Gelar adat ini mengingatkan saya pada komitmen itu, bahwa modernitas tidak boleh memutuskan kita dari identitas budaya,” ujar Helmi.

Gelar adat, menurut BMA, diberikan kepada tokoh-tokoh yang dinilai memiliki jasa nyata dalam pembangunan daerah, memperkuat nilai sosial, serta menjaga marwah budaya. 

Pada momentum HUT ke-57 ini, penyematan gelar adat juga menjadi simbol bahwa pembangunan Bengkulu mesti berjalan seiring dengan pelestarian tradisi.

Ritual adat dimulai dengan penyambutan tamu agung. Gubernur Helmi dan para tokoh lain memasuki Balai Raya Semarak di bawah payung kuning, diiringi tombak prabu dan Barong Landong—simbol kejayaan, pelindung, dan kewibawaan adat Bengkulu.

Tari Kejai dibawakan oleh penari-penari muda, memadukan gerakan lincah nan lembut sebagai wujud rasa syukur. Pencak silat, tabuhan dhol-serunai, hingga lantunan Sarafal Anam menyusul kemudian, mempertegas bahwa adat Bengkulu merupakan mosaik dari nilai-nilai spiritual, keseharian rakyat, dan kekuatan seni tradisi.

Setelah penyematan gelar, rangkaian upacara adat dilanjutkan dengan prosesi memotong batang tebu, memetik buah pisang, dan melepaskan burung merpati—simbol manisnya harapan, hasil jerih payah, serta kebebasan jiwa. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan