5 Juta Umat Siap Padati Tablig Akbar Indonesia Berdoa

Musyawarah persiapan Tablig Akbar Indonesia Berdoa--
RADAR BENGKULU – Ada yang berbeda pada Sabtu subuh, 14 Juni 2025, di Masjid Agung At-Taqwa, jantung spiritual Kota Bengkulu. Ribuan warga tumpah ruah memenuhi setiap sudut masjid, tak sekadar untuk menunaikan salat Subuh berjamaah, melainkan juga untuk satu tujuan mulia: bermusyawarah demi menyukseskan gelaran akbar bertajuk Tablig Akbar Indonesia Berdoa, yang akan digelar pada 28–30 November 2025 mendatang.
Kegiatan ini bukan agenda kecil. Panitia menargetkan kedatangan sekitar 5 juta umat dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan luar negeri. Bengkulu akan menjadi tuan rumah doa bersama terbesar sepanjang sejarah provinsi ini.
Di tengah semangat yang menggelora, Gubernur Bengkulu Helmi Hasan turut hadir dan menyampaikan orasi spiritual yang menggetarkan hati. Ia mengajak masyarakat untuk menjadikan rumah ibadah sebagai pusat kehidupan—bukan hanya simbol arsitektural, melainkan sebagai tempat yang hidup 24 jam dengan amalan dan doa.
“Kalau suatu daerah memakmurkan rumah ibadah, pasti Allah turunkan keberkahan dari langit dan keluarkan dari perut bumi. Jauhi musibah dan selesaikan masalah dengan menghidupkan rumah ibadah 24 jam sehari,” seru Helmi dalam tausiyahnya yang disambut anggukan para jamaah.
BACA JUGA:Kasus Suap Vonis Lepas CPO, Hakim Djuyamto Kembalikan Uang Rp 2 Miliar
BACA JUGA:Harga Kopi Bengkulu Terjun Bebas, Petani Merana Tak Punya Patokan
Bukan tanpa alasan. Menurut Gubernur yang juga mantan Walikota Bengkulu dua periode ini, banyak musibah melanda karena manusia menjauh dari Tuhan. Rumah ibadah sekadar jadi ornamen kota, megah namun sepi dari amal.
Helmi lantas mengutip sejarah kejayaan Islam di masa Nabi Muhammad SAW. Meski Masjid Nabawi kala itu masih sangat sederhana, namun berkat aktivitas ibadah dan dakwah yang padat, Allah memberikan pertolongan luar biasa—bahkan hingga mengantarkan umat Islam menguasai dua kerajaan besar dunia.
“Kehebatan rumah ibadah bukan pada megahnya bangunan, tapi pada amalannya. Di sanalah tempat kita bersilaturahmi, memperbaiki diri, dan mengajak sesama kepada kebaikan,” ujarnya.
Menurutnya, dakwah harus menjadi amalan utama yang dihidupkan kembali. Ia menegaskan, dakwah tidak terbatas hanya pada ustad atau pendakwah ternama, tapi bisa dilakukan siapa saja.
BACA JUGA:Balai Raya Semarak Disulap jadi Rumah Aspirasi, Helmi Hasan Buka Panggung Rakyat Tanpa Sekat
“Tuli, bisu, buta, bahkan yang tak punya tangan dan kaki pun bisa berdakwah. Ajak orang pada kebaikan semampu kita. Kerjanya ringan, dampaknya besar,” ujar Helmi, yang juga politisi Partai Amanat Nasional.
Ia menambahkan, banyak orang saat ini keliru menempatkan makna kebahagiaan dan kesuksesan. Menurutnya, kekayaan, kekuasaan, dan popularitas hanyalah fatamorgana jika tak dilandasi amalan agama.
“Silakan periksa sejarah. Dari zaman Nabi hingga sekarang, hanya amalan agama yang membawa keselamatan sejati. Bukan jabatan, bukan harta. Kebahagiaan itu bukan soal materi, tapi kedekatan dengan Tuhan,” tandasnya.