Gegara Hal Ini Petani Padi Mukomuko Bahagia, Bisa Sedikit Selonjoran

lahan sawah petani padi Lubuk Pinang-Seno/RADAR BENGKULU-

RADAR BENGKULU, MUKOMUKO - Gegara hal ini petani padi di Kabupaten Mukomuko, khususnya petani Kecamatan Lubuk Pinang, sedang bahagia. Mereka bisa mencuri waktu untuk beristirahat alias sdikit selonjoran. 

Salah seorang petani padi Lubuk Pinang, Hamdan menerangkan, bertani padi sekarang ini penuh dengan tantangan. Mulai dari kelangkaan dan mahalnya pupuk, mengatasi berbagai hama dan penyakit hingga harga gabah yang turun saat panen. 

Menyinggung soal hama, lanjut Hamdan, bagi petani di Kabupaten Mukomuko serangan hama bukan saja dari binatang jenis serangga. Banyaknya burung Pipit juga menjadi tantangan tersendiri. 

"Burung Pipit salah satu hama yang bisa membuat petani rugi kalau tidak diatasi," ungkap Hamdan, Jumat 18 April 2025. 

Teknik menanggulangi hama burung pemakan bulir padi ini dilakukan dengan cara pengusiran. Biasanya dengan memukul benda-benda bebunyi nyaring seperti seng, membuat bendera-bendera di tengah sawah dan lain sebagainya. 

BACA JUGA:FKPP Mukomuko Pertanyakan Realisasi Perda Pondok Pesantren

BACA JUGA:1 Dokter Umum + Belasan Nakes, RS Pratama Ipuh Buka Pelayanan Rawat Jalan, Kalau Rawat Inap ke Puskesmas Dulu

"Ada juga dengan cara dijaring. Tapi lama-kelamaan burung Pipit bisa menghindari jaring yang di pasang. Sehingga yang paling efektif tetap cara pengusiran," papar Hamdan. 

Jika sawah dijaga dan tidak dilakukan pengusiran, ratusan ribu bahkan jutaan ekor burung Pipit bisa menguras buah padi siap panen. 

"Pipit biasanya mulai datang ketika padi awal berisi. Kadang masih agak cair, sudah datang burung Pipit, nanti sampai panen. Nah selang waktu itu, sawah jangan sampai ditinggal," ujarnya. 

Sekarang ini, atau musim tanam awal tahun 2025 ini, petani padi di Kecamatan Lubuk Pinang cukup bahagia. Pasalnya, gerombolan burung Pipit yang selama ini menghantui petani, hilang entah ke mana. 

"Nah sekarang, Alhamdulillah, jumlah burung pipil sangat jauh berkurang. Jauh sekali. Ada lah dua tiga ekor atau kelompok kecil. Kalau sebelumnya, sekali datang itu gerombolannya sebesar rumah," tukas Hamdan. 

"Dalam sehari itu bukan 1 gerombolan saja, bisa puluhan dan ratusan gerombolan yang datang dalam 1 bidang sawah. Apa gak habis buah padi," sambungnya. 

BACA JUGA:Pererat Hubungan dengan Masyarakat, Pemkab Mukomuko Gelar Halal Bihalal di 15 Kecamatan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan