Sebagai penghargaan, dibangunlah Tugu Thomas Parr yang kini menjadi salah satu situs sejarah penting di Bengkulu.
Sayangnya, meskipun tugu ini memiliki nilai sejarah yang tinggi, Jhoni menyebutkan bahwa pengunjung yang benar-benar datang untuk mengetahui sejarah Thomas Parr masih minim.
“Pengunjung yang tahu sejarah Tugu Thomas Parr hanya sekitar 10%,” ujarnya, menyoroti kurangnya informasi dan perhatian dari para pemandu wisata yang lebih banyak berfokus pada Benteng Marlborough dan rumah kediaman Bung Karno.
Jhoni berharap agar ke depan, edukasi bagi pemandu wisata dapat diperluas sehingga mereka dapat menghubungkan situs-situs sejarah lainnya di Bengkulu, termasuk Monumen Thomas Parr.
Ia juga mengajak masyarakat dan penggiat budaya untuk terus melestarikan situs-situs bersejarah ini dan memperkenalkannya kepada khalayak yang lebih luas melalui media sosial dan platform online.
BACA JUGA:Perum Bulog Bengkulu Tingkatkan Penyaluran Beras SPHP untuk Stabilkan Harga di Pasaran
Monumen Tugu Thomas Parr tidak hanya menjadi simbol tragedi, tetapi juga penanda penting dari sejarah kolonial di Bengkulu, yang harapannya dapat terus dikenal dan dihargai oleh generasi mendatang.