Menurutnya, Pilkada tidak memiliki dampak signifikan terhadap harga pangan, khususnya beras.
"Secara langsung, pelaksanaan Pilkada tidak begitu berpengaruh besar pada kenaikan harga beras. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga lebih didominasi oleh kondisi pasokan dan permintaan di pasar, bukan Pilkada," jelasnya.
Dengan demikian, Dodi memastikan bahwa fluktuasi harga beras di semester II ini lebih disebabkan oleh penurunan produksi beras di beberapa wilayah penghasil, bukan karena dinamika politik yang sedang berlangsung.
Sejak Januari hingga awal Oktober 2024, Perum Bulog Divre Bengkulu telah menyalurkan 18 ribu ton beras SPHP, yang telah mencapai sekitar 93 persen dari total target penyaluran sebanyak 20 ribu ton beras. Dengan capaian ini, Bulog optimis dapat memenuhi target penyaluran hingga akhir tahun.
"Kami terus menggencarkan distribusi beras SPHP untuk memastikan harga beras di tingkat konsumen tetap stabil. Harapannya, dengan penyaluran yang optimal, kami bisa menekan harga beras sehingga tetap terjangkau bagi masyarakat," terang Dodi.