Jakarta, 16 Oktober 2024 - Seiring berkembangnya dunia digital, kebutuhan akan keamanan siber menjadi tidak terelakkan. Laju transformasi digital yang cepat, mulai dari adopsi cloud hingga implementasi Internet of Things (IoT), telah memperluas permukaan serangan yang dapat dimanfaatkan oleh para peretas. Menurut data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), sepanjang tahun 2023 pihaknya mencatat ada sebanyak 403,9 juta anomali trafik yang menunjukkan serangan siber pada tahun tersebut.
Laporan dari McAfee dan IBM Security juga menunjukkan bahwa serangan ransomware dan pencurian data mengalami lonjakan tajam dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, kerugian akibat kejahatan siber secara global diperkirakan mencapai $10,5 triliun atau sekitar Rp 15 triliun per tahun pada 2025, menjadikannya ancaman terbesar terhadap stabilitas ekonomi digital di dunia. Di tengah situasi ini, perusahaan harus berupaya keras untuk tetap selangkah di depan ancaman siber yang terus berkembang.
“Implementasi teknologi seperti cloud dan Internet of Things (IoT) membawa banyak keuntungan, tetapi juga memperluas permukaan serangan siber. Kita perlu memastikan bahwa perusahaan tidak hanya mengejar transformasi digital, tetapi juga menempatkan keamanan sebagai prioritas utama,” ujar Clarissa Jacob - Event Manager Asia Symposiums.
BACA JUGA:Wisata Pantai Karawang Purworejo Tawarkan Suana Tenang, Cocok Untuk Introvert Healing
BACA JUGA:3 Wisata Pantai di Cilacap Jateng Tawarkan Keindahan Alam Yang Tenang Dan Ramah Dikantong,
Meningkatnya jumlah serangan siber ini memaksa perusahaan untuk berinvestasi lebih dalam solusi keamanan yang komprehensif. Teknologi keamanan generasi berikutnya, seperti kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin, kini menjadi bagian penting dalam mengidentifikasi dan mengatasi ancaman secara real-time. AI memungkinkan sistem keamanan untuk belajar dari pola serangan sebelumnya dan memprediksi potensi ancaman yang mungkin muncul.
Untuk lebih menyoroti pentingnya keterampilan praktis dalam cybersecurity, CSS Indonesia 2024 akan menyelenggarakan kompetisi Capture The Flag (CTF) yang menarik. Kompetisi ini akan menantang peserta untuk menyelesaikan masalah cybersecurity dunia nyata, mulai dari mengeksploitasi kerentanan hingga memecahkan teka-teki kriptografi, semua dalam suasana yang kompetitif dan dinamis. Setiap tim akan memiliki kesempatan untuk menunjukkan keahlian mereka dalam mendeteksi, merespons, dan mengatasi ancaman. Kompetisi CTF ini tidak hanya memberikan platform bagi para profesional untuk menunjukkan keterampilan mereka, tetapi juga menekankan kebutuhan kritis akan pengetahuan praktis dalam menghadapi ancaman digital yang terus berkembang.
BACA JUGA:3 Tempat Wisata Pantai di Probolinggo Yang Wajib Dikunjungi. Pesona Alam dan Pasir Yang Halus
BACA JUGA:Pantai Nek Aji di Bangka Belitung, Tempat Wisata Pantai Seru Untuk Menikmati Keindahan Sunset
Dalam lingkungan bisnis yang semakin terhubung, pendekatan cybersecurity harus bersifat holistik, mengamankan setiap lapisan operasional. Selain teknologi, sumber daya manusia juga memegang peranan penting dalam menjaga ketahanan digital organisasi. Menurut penelitian dari Verizon, sekitar 85% pelanggaran cybersecurity disebabkan oleh kesalahan manusia, yang menunjukkan perlunya pelatihan karyawan tentang pentingnya protokol keamanan digital.