Ini Penting Bagi Umat Muslim Mencintai Nabi Muhammad SAW

Selasa 01 Oct 2024 - 04:52 WIB
Reporter : fahmi
Editor : syariah m

BACA JUGA:Trafik Meningkat, Jalan Tol Trans Sumatera Dipadati Pengguna Selama Libur Peringatan Maulid Nabi 1446 H

Oleh karena itu, di bulan Rabiul Awal (Mulud), menjadi bulan yang sangat baik bagi kita untuk kembali menegaskan bahwa mencintai Nabi Muhammad SAW merupakan sesuatu yang prinsip dan fundamental. 

Mencintai Nabi SAW pada prinsipnya harus ditujukan hanya semata-mata untuk meraih keridhaan Allah SWT. Karena boleh jadi, selama ini kita masih kurang dalam mencintai Nabi Muhammad SAW dan belum sepenuhnya dapat melaksanakan apa-apa yang diperintahkannya. Padahal, dengan mencintai Nabi Muhammad SAW, merupakan satu jalan bagi kita untuk dapat meraih ridha Allah SWT yang kemudian berujung dengan diampuninya segala dosa dan kesalahan.

Allah SWT berfirman:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

 

BACA JUGA:Bulan Rabi'ul Awal Momentum Untuk Hidupkan Sunnah Nabi Muhammad SAW

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku. Maka niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS ali-Imran [3]: 31).

Makna Cinta

Imam Ghazali, Sang Hujatul Islam dalam magnum opusnya yang terkenal dan fenomenal, Ihya Ulumiddin, mengungkapkan terkait makna cinta. Menurutnya, cinta merupakan kecenderungan tabiat kepada sesuatu disebabkan sesuatu itu mempunyai nikmat. Setiap kali kenikmatan sesuatu bertambah, maka semakin besar pula cinta kepada sesuatu itu.

Rasa cinta terhadap sesuatu, menurut Imam Ghazali biasanya diperoleh berdasarkan kenikmatan yang dirasakan oleh panca indera (misalnya penglihatan dan pendengaran). Oleh Karena itu, di balik sesuatu yang ditangkap oleh panca indera, maka terdapat sesuatu yang dicintai dan dinikmati.

 

 

Namun, hakikat cinta yang sejati menurut Imam Ghazali adalah kenikmatan cinta yang berasal dari penglihatan non fisik (batin), yakni kenikmatan hati. Kenikmatan hati yang disebabkan telah mengetahui perkara-perkara ilahiah yang mulia dan tidak dapat ditangkap oleh panca indera merupakan sesuatu yang lebih mulia, lebih sempurna, dan lebih besar kenikmatannya. 

 

 

Kategori :