RADAR BENGKULU, MUKOMUKO - Pemkab Mukomuko melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) tengah melakukan perbaikan jembatan gantung yang menjadi akses utama masyarakat Desa Talang Buai, Kecamatan Selagan Raya.
Kadis PUPR Mukomuko, Apriansyah, ST., MT, melalui Kabid Bina Marga, M. Yusuf, ST mengatakan, jembatan gantung Talang Buai mengalami kerusakan pada beberapa komponen kerangka, seperti gelagar memanjang.
"Gelagar memanjang dan beberapa komponen kerangka, memang sudah berkarat ada juga yang lepas, sehingga memang harus diganti," ungkap Yusuf.
Ia mengatakan, estimasi waktu pengerjaan bisa 7 sampai 14 hari. Pihak Dinas PUPR meminta masyarakat yang memanfaatkan jembatan untuk bersabar.
BACA JUGA:Waduh! Harga TBS Sawit di Mukomuko Lebih Rendah dari Harga Tertinggi Ketetapan Provinsi
BACA JUGA:Pilkada Bengkulu Utara Lawan Kotak Kosong, Ini Tanggapan Masyarakat
"Estimasi waktu pengerjaan bisa 1 sampai 2 minggu. Tapi, untuk kendaraan roda 2, kami usahakan besok (Rabu, 4 September) sudah bisa lewat. Kalau kendaraan roda 4, kita lihat kondisi lapangan," papar Yusuf.
Ditambahkan Yusuf, selain memperbaiki komponen rangka, Dinas PUPR juga akan mengganti papan lantai jembatan. Hanya saja, pihak PU masih menunggu papan tersedia.
"Lantai juga diganti, tapi memang bertahap. Sekarang nyari papan kayu agak susah," demikian Yusuf.
Dedi S., warga Talang Buai merasa bersyukur jembatan gantung menuju desanya diperbaiki oleh Pemkab Mukomuko. Ia mengatakan, kondisi rangka jembatan Talang Buai memang sudah sangat mengkhawatirkan.
"Kan sempat viral, ada besi yang sudah putus, lepas. Kalau yang karatan banyak. Adanya rehab ini tentu kami, warga, bersyukur," sampai Dedi.
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Gandeng BP2MI, Buka Peluang Kerja ke Luar Negeri Bagi Generasi Muda
BACA JUGA:Bantuan Alat Tangkap dan Mesin Tempel Bakal Diterima 21 KUB Nelayan di Mukomuko
Kendati demikian, warga berharap pengerjaan jembatan bisa dikebut. Warga sangat berharap, pihak yang mengerjakan bisa lembut. Sebab jembatan gantung itu adalah akses utama masyarakat.
Sekarang ini, disampikan Dedi, warga menunda panen sawit karena tokeh atau pengepul sawit libur beli buah sawit. Pertimbangannya karena susah mengeluarkan buah.