Hal ini dinyatakan oleh junjungan Nabi kita dalam salah satu sabdanya yang artinya;
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji dan orang yang berumrah adalah tamu-tamu Allah. Allah mengundang mereka, mereka pun memenuhi undangan-Nya. Lalu mereka meminta kepada Allah, Allah pun memenuhi permintaan mereka.” (HR Ibnu Majah).
Tentu tidak semudah yang kita bayangkan bahwa haji mabrur itu balasannya surga dan pahalanya sejajar dengan jihad fisabilillah, juga termasuk ibadah yang paling utama. Maka tentu dalam proses pelaksanaannya, khusus yang terkait dengan biaya yang dikeluarkan hendaknya harta yang halal. Bukan dari harta yang haram. Seperti dari hasil mencuri, korupsi, merampok, menipu dan lain sebagainya.
Kalau haji seperti ini yang dilakukan, maka mana mungkin hajinya mabrur. Bahkan hajinya tertolak dan tidak bernilai apa-apa.
Hal ini dinyatakan dengan tegas dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang bisa ditemukan pada kitab at-Targib wa at-Tarhib karya Al-Mundziri yang artinya:
”Jika berangkat orang yang haji dengan biaya yang halal, dan dia menaruh kakinya di pelana lalu dia menyeru: Aku datang memenuhi panggilanmu ya Allah, maka menyeru malaikat dari langit: “Engkau diterima dan kebahagiaan untukmu, bekalmu halal, kendaraanmu halal, dan hajimu mabrur, tidak dikurangi pahalanya.”
Tapi jika jamaah haji itu berangkat dengan biaya yang kotor, lalu dia menaruh kakinya di pelana lalu dia menyeru: Aku datang memenuhi panggilanmu ya Allah. Maka menyeru malaikat dari langit: “Engkau tidak diterima dan tidak ada kebahagiaan untukmu, bekalmu haram, biayamu haram, hajimu tidak sempurna dan tidak mabrur.”
Hadirin jamaah salat Jumat yang berbahagia
Adapun ciri-ciri seseorang mendapatkan haji yang mabrur, dapat dilihat dalam tampilan kesehariannya yang berubah lebih baik dari sebelumnya. Paling tidak ada tiga cirinya. Yaitu:
1. Bersikap semakin santun (Thayyibul Kalam)
Orang yang baru pulang dari haji terlihat betul sikapnya semakin santun, berperilaku yang mulia dan berbudi pekerti yang lebih baik dari sebelumnya. Ucapannya senantiasa terjaga dan tidak mengucapkan kata-kata kotor yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Sikap dan perbuatannya selalu terpelihara dan senantiasa melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitar.
2. Menebar Kedamaian (Ifsyaussalam)
Orang yang sudah berhaji dimana dan kapan saja, senantiasa menebarkan hal-hal yang bersifat kedamaian, kesejukan, kerukunan, persatuan dan kesatuan. Semua itu dilakukan demi terpeliharanya komunikasi yang harmonis dalam bentuk saling menghargai perbedaan dan pendapat, mencintai dan menyayangi kepada sesama dan lingkungan sekitarnya.
3. Berjiwa sosial yang tinggi (ith’amuththa’am)
Orang yang sudah berhaji memiliki tingkat sosial yang tinggi, peka terhadap keadaan yang tidak menyenangkan, peduli terhadap sesama, mendukung dalam hal-hal yang positif, membantu orang yang memerlukan dan selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri.
Itulah tiga di antara ciri-ciri seseorang mendapatkan haji yang mabrur, dan kita berdoa semoga seluruh jamaah haji kita benar-benar mendapatkan haji yang mabrur. Yaitu haji yang diterima dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan surga di akhirat nanti. Aamin yaa Robbal ‘aalamiin.