Duh Gusti!
Akankah perang besar terjadi lagi. Jangan. Rupiah lagi nyaris Rp 16.000/dolar. Harga batu bara lagi gila-gilaan lagi. Bawang merah tembus Rp 60.000/kg di pasar.
Kalau terjadi perang lagi, yang tidak makan nangka pun kena getahnya.
Iran memang sudah menyatakan: "Serangan terhadap Israel tidak akan dilanjutkan. Serangan sudah dihentikan," ujar Menteri Pertahanan Iran dikutip banyak media kemarin siang.
Bahwa Minggu malam kemarin Iran melancarkan serangan udara ke sasaran militer Israel itu sesuai dengan piagam PBB: Iran berhak mempertahankan diri setelah wilayahnya diserang Israel lebih 10 hari lalu.
Yang dimaksud ''wilayah Iran'' adalah ''gedung konsulat Iran di Syria.'' Serangan jarak jauh Israel menghancurkan gedung itu. Menewaskan dua jenderal Iran.
Serangan Iran Minggu malam kemarin adalah serangan balasan. Tapi Israel kini dapat momentum membaliknya: Israel diserang Iran.
Dunia lantas seperti menyalahkan Iran. Israel pun merasa seperti mendapat keabsahan kalau dalam waktu dekat menyerang Iran.
Duh Gusti! Bisa terjadi perang lagi. Apakah sudah waktunya. Apakah Iran merasa bisa menang melawan Israel –yang ada Amerika dan Inggris di belakangnya.
Iran seperti tidak ingin sungguh-sungguh perang lawan Israel. Memang, Minggu malam itu 300 peluru kendali diluncurkan. Jarak jauh. Pakai drone. Antarnegara. Bukan satu atau dua. Serangan 300 drone berarti sebuah serangan besar.
Hasilnya? Nyaris nihil.
Israel mengumumkan hampir 100 persen serangan itu dipatahkan. Peluru kendali Iran dihancurkan di udara. Bahkan sudah hancur ketika masih di luar wilayah Israel.
Hanya sedikit sekali kerusakan di sasaran. Tidak berarti. Lalu seorang gadis kecil terluka. Kena serpihan.
Dilihat dari hasil serangan udara itu, rasanya dampak berikutnya justru lebih besar.