RADAR BENGKULU - Direktur Eksekutif ASBANDA, Wimran Ismaun memberikan pandangan terkait langkah-langkah yang perlu diambil oleh Bank Bengkulu untuk memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan, setelah pada tahun 2023 mengalami laba yang menurun sangat signifikan.
Dia mengatakan bahwa pemahaman bisnis yang mendalam, dimana Pimpinan Bank Bengkulu perlu memahami kondisi bisnisnya secara mendalam. Dengan kredit sebesar 6,5 triliun, perlu diinvestigasi mengapa laba hanya separuh dari jumlah tersebut.
"Menyarankan agar manajemen Bank Bengkulu benar-benar memahami secara menyeluruh, memeriksa seluruh aspek bisnis. Pengeluaran harus dikaji dan diidentifikasi untuk meningkatkan efisiensi," katanya.
BACA JUGA:BI & Petani Berhasil Terapkan Budidaya Padi Organik MA -11 di Mukomuko Hasil Panen Luar Biasa
BACA JUGA:Tips Hidup Sehat Ala Rizki Ramadhan
Selanjutnya dia mengatakan, penerapan kebijakan penghematan harus dimulai dari manajemen, dengan mengajarkan tindakan bijak dan efisien kepada seluruh karyawan. Ini termasuk evaluasi kebijakan biaya dan perubahan prilaku untuk menciptakan budaya hemat.
"Langkah penghematan ini harus dimulai dengan manajemen. Pertama itu sesuai dengan tindakan, termasuk ke tingkah laku, agar karyawan di bawah juga mencontoh atasannya."
Ditambahkannya, penghematan disini seperti perjalanan dinas pejabat, jika hanya cukup pergi satu orang pada suatu kegiatan, maka cukup satu orang. Tidak perlu ramai-ramai. Apalagi harus membawa ajudan dan pihak lainya. Karena, ini akan menambah pengeluaran. Padahal bank harus menghemat agar pendapatan tinggi.
"Contohnya, ada kegiatan tidak harus semua pejabat itu pergi, ini juga akan menghemat," sampainya.
Masih dikatakan Wimran Ismaun, peninjauan komposisi kredit, analisis komposisi kredit penting, termasuk apakah kredit yang diberikan masih menghasilkan. Pembandingan antara kredit produktif dan konsumen perlu dilakukan untuk memastikan efektivitas dan keberlanjutan.
"Harus bandingkan antara kredit produktif dengan konsumen. Kalau kredit produktif sudah besar, misal mencapai 40 persen, tapi apakah kredit produktif tadi menghasilkan. Karena, kalau kredit produktif besar tapi penghasilan kecil karena laba yang dipol itu sangat kecil. Bandingkan dengan kredit konsumer PNS, pasti lebih besar PNS," jelasnya.
Selanjutnya perlu dievaluasi, apakah harga jual Bank Bengkulu di mata masyarakat masih tinggi. Upaya ini perlu dilakukan untuk mencegah migrasi nasabah ke bank lain dengan meningkatkan komunikasi dan informasi kepada masyarakat.
"Apakah harga jual Bank Bengkulu di mata masyarakat itu masih tinggi. Jangan sampai banyak nasabah pindah ke bank lain. Ini harus dicari solusinya. "
Pimpinan Bank Bengkulu harus turut serta dalam penghematan. Termasuk perjalanan dinas yang efisien. Pengurangan pengeluaran tidak perlu membawa ajudan atau pihak lain yang dapat meningkatkan biaya.
Lebih lanjut dia menyoroti apakah benar realitas dampak covid-19 merupakan alasan penurunan laba? Tidak boleh hanya disandarkan pada dampak Covid-19. Evaluasi perlu dilakukan, apakah kredit Bank Bengkulu besar pengaruhnya terhadap dampak pandemi tersebut.