Khutbah Jumat, Kita Akan Bersama Idola Pilihan, Khatib H Abdul Qohar Ismail

H. Abdul Qohar Ismail, MHI-Adam-

Khatib :  H. Abdul Qohar Ismail, MHI

Dari : Masjid Raya Baitul Izzah, Jalan Raya Pembangunan Kelurahan Padang Harapan, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu

 

Ma'ashirol Muslimin Rahimakumullah, 

Marilah kita bersama-sama bersyukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayahNya kepada kita semua, dan mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya sampai akhir hayat kita nanti.

 

Shalawat salam semoga tercurahkan kepada  nabi kita yang mulia Muhammad SAW, dengan meneladani sunnah-sunnah yang Beliau ajarkan, maupun yang Beliau praktikkan dalam keseharian atau yang Beliau contohkan, sebagai bukti kepatuhan dan  kecintaan kita kepadanya.

Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31 yang artinya: Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Cinta itu bukan sekadar ucapan. Cinta itu bukan sekadar pengakuan. 

BACA JUGA:Khutbah Jumat: Menjalin Silaturrahim Untuk Menjaga Kerukunan di Tahun Pemilu

Bukti cinta kepada Allah SWT adalah mengikuti Rasulullah SAW yang dipraktikkan oleh para sahabat, dilanjutkan oleh para tabiin dan para ulama sampai sekarang. Keagungan kedudukan dan nilai kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, disebutkan dalam hadits yang shahih yang artinya :'' Ada tiga hal, barang siapa ada pada dirinya tiga hal ini, maka dia akan merasakan manisnya iman (yaitu, yang pertama): Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya lebih dia cintai dibandingkan yang lainnya, (kedua) dia mencintai seseorang, dia tidak mencintai kecuali karena Allah dan (ketiga) dia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci dicampakkan kedalam api neraka.''

Sidang Jamaah Jumat yang dimulyakan Allah SWT

Sesungguhnya cinta kepada Allah SWT itu bukan hanya pengakuan lisan dan bukan pula khayalan dalam angan-angan. 

Namun, ia harus disertai sikap mengikuti Rasulullah SAW, melaksanakan petunjuknya, dan mengikuti manhajnya dalam kehidupan,” kata Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.

Barangsiapa yang mencintai Allah dengan sebenar-benarnya cinta, maka hendaklah ia dengan hatinya mencintai apa yang Allah cintai dan rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci oleh Allah dan rasul-Nya. Maka kalau kita kembangkan bahwa kita dalam menentukan pilihan kepada seorang calon pemimpin adalah harus atas dasar seberapa kuatnya kecintaan dia kepada Allah dan Rasul Nya, sehingga pemimpin itu nanti akan mengarahkan rakyatnya kepada sesuatu yang Allah dan Rasul tuntunkan.

 

Sidang Jamaah Jumat yang mulia

Dalam sebuah hadits tentang jati diri lelaki dalam riwayat ad-Daru Quthni.  Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan dalam kitab al-Fath bahwa lelaki tersebut adalah Dzul Khuwaishirah, orang dari Yaman yang begitu bahagia setelah mendengar jawaban Rasulullah SAW.  Rasulullah SAW mengabarkan bagaimana keadaan manusia dikumpulkan di akhirat kelak :

Artinya : Dari Abdullah yaitu Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu , beliau radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Ada orang tua yang berasal dari pedalaman mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam . Orang itu bertanya, “Wahai Muhammad ! Kapankah hari kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menyambut hari kiamat?” Orang itu menjawab, “Tidak ada. Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar sebagai Nabi! Saya tidak mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja saya mencintai Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” Lalu orang tua itu pergi lalu kencing di masjid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah SAW dalam merespon orang yang bertanya menempuh metode orang bijak. Yaitu merespon penanya bukan dengan sesuatu yang dia inginkan. Tapi, dengan sesuatu yang penting atau bahkan lebih penting. Sabda Rasulullah SAW bersabda : 

BACA JUGA:Khutbah Jumat: Silaturrahim Untuk Menjaga Kerukunan

Artinya: Engkau bersama dengan orang yang engkau cintai.

Mari kita simak sejenak keteguhan cinta Abu Bakar kepada Rasulullah SAW.

Dalam perjalanan Hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah SAW dan Sayyidina Abu Bakar Siddiq ra memutuskan untuk berteduh di sebuah gua bernama Gua Tsur. Di sini mereka bersembunyi selama tiga hari.

 

Sayyidina Abu Bakar RA bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidina Umar ibn Khattab RA, “Aku bersumpah demi Allah bahwa kamu (Nabi) tidak akan memasuki gua sebelum aku melakukannya, karena jika ada sesuatu di dalamnya, aku akan diserang oleh itu, dan bukan kamu. "

Kemudian dia memasuki gua dan menyapu dan menemukan beberapa lubang di sisinya. Dia merobek sepotong pakaiannya dan menutup lubang dengan itu. Karena masih ada dua lubang yang tersisa, dia memasukkan kakinya ke dalamnya dan menyuruh Rasulullah untuk masuk ke dalam gua. Setelah dia melakukannya Rasulullah SAW meletakkan kepalanya di pangkuan Sayyidina Abu Bakar dan tertidur.

Salah satu kaki Sayyidina Abu Bakar disengat ular di dalam lubangnya. Namun ia tidak bergerak karena takut mengganggu Rasulullah SAW dan membangunkannya dari tidurnya. Dia memasukkan jari kakinya ke dalam lubang ular dan ular menghisap efek gigitan beracun dengan mulutnya. Semua itu dia lakukan karena cinta di dalam hati Abu Bakar kepada Rasullah Muhammad SAW. Ibaratnya, bagi dirinya baginda nabi adalah segalanya. Ibarat seorang kekasih, semua yang dilakukannya adalah untuk kekasihnya itu.

 

Akibat, efek racun ular yang menggigitnya, sempat membuat air mata Sayyidina Abu Bakar Siddique bercucuran karena sakitnya.  Dan Nabi Suci SAW bertanya kepadanya tentang apa yang mengganggunya. Dia berkata, " Ya rasul! Seekor ular terus menerus memasukkan taring beracunnya ke jari kakiku di lubang ini," jawab Abu Bakar ra.

BACA JUGA:Khutbah Jumat: Refleksi Makna Perjalanan Hidup Manusia

Mendengar itu, Nabi Muhammad SAW memintanya untuk segera melepaskan jari kakinya dari lubang. Namun lagi-lagi Abu Bakar menjawab, "Ya Rasulullah! Jika saya melakukannya, itu akan mengganggu Anda. Lalu Nabi Muhammad SAW menjawab sembari terseyum,"Jangan khawatir, ular itu mencintaiku, ia hanya ingin melihatku."

 

Kemudian, Sayyidina Abu Bakar Siddiq melepaskan kakinya dan Nabi Muhammad SAW mengoleskan air liurnya yang diberkati pada gigitan ular itu. Hal ini segera membuat Sayyidina Abu Bakar Siddique ra merasa lega. Bahaya berlalu dan efek beracun itu dihilangkan atas perintah Allah SWT. Ular itu keluar dari lubang dan memenuhi keinginannya untuk melihat Nabi Muhammad SAW.

 

Sidang Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT

Dari kisah tersebut, bahwa Abu Bakar melakukan itu semua karena keyakinan dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW yang tidak ada keragu-raguan dan pasti benarnya dan akan membawa kebahagian di akhirat nanti, karena akan dikumpulkan bersama orang yang dia dicintai itu. Sedangkan Rasulullah SAW pasti ditempatkan di surgaNya.

Tidakkah kita renungkan pula bahwa seseorang akan dikumpulkan dengan orang yang ia cintai dan yang dijadikan idola. 

Dalam hadits riwayat Ath Thobroni, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat nanti.''

Untuk itu, jangan sampai kita salah memilih idola atau panutan dalam kehidupan ini sehingga akan berakibat fatal dan sengsara diakhirat nanti. Namun kalau kita benar dalam memilih idola sebagai panutan walaupun ibadah kita masih pas-pasan tidak seperti orang yang kita idolakan dalam ibadah tapi kita nanti akan dikumpulkan bersamanya. 

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW  yang artinya :'' Aku berharap bisa bersama mereka dengan sebab kecintaanku kepada nereka meskipun aku tidak mampu melakukan amalan mereka.'' 

BACA JUGA:Khutbah jumat Keutamaan Menjaga Wudu Oleh Khatib Dr. H. Khoiruman, M.Pd.I

Amalan ibadah wajib yang bisa kita lakukan secara istiqamah dan bertahan untuk menghindari dan meninggalkan dosa-dosa besar yang dilarang Allah SWT, maka insya Allah dosa-dosa kecil akan Allah ampuni. Sebagaimana dalam firman Nya yang artinya: ''Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang (mengerjakan)-nya, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami memasukkanmu ke tempat yang mulia (surga).(QS.An Nisa, ayat 31).(ae4)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan